Jakarta, (Antaranews Kalsel) - Perusahaan asuransi global asal Prancis, AXA Group menjadikan Indonesia sebagai target pasar potensial seiring peningkatan masyarakat kelas menengah dan potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.


Regional Chief Executive Officer AXA Asia Jean Louis Laurent Josi dalam keterangan tertulis yang diperoleh di Jakarta, Minggu, mengatakan Indonesia mirip dengan kondisi negara di kawasan Asia umumnya.

"Kami tengah fokus membidik kawasan Asia termasuk Indonesia sebagai target 'market' mengingat potensi yang cukup tinggi," katanya.

Berbicara dalam seminar media internasional AXA Group di Shanghai, Tiongkok, 4-5 Juni 2015,  Josi mengatakan, kelompok menengah di Asia diperkirakan mencapai tiga miliar jiwa dengan pengeluaran 56 triliun dolar AS pada 2030 atau menjadi kawasan termakmur di dunia.

Namun, di sisi lain, penetrasi produk asuransi di Asia hanya dua persen produk domestik bruto (PDB).

"Padahal, masyarakat Asia memiliki sifat berhemat dengan menabung. Tingkat tabungan di Asia (minus Jepang) itu 42 persen dari PDB," katanya.

Di sisi belanja barang tersier seperti kendaraan di Asia, lanjutnya, juga terjadi peningkatan yakni menjadi 69 juta unit pada 2030 atau naik drastis dari 32 juta unit pada 2014.

"Namun penetrasi layanan asuransi perlindungan dan kecelakaan di Asia baru dua persen dari PDB dibanding Uni Eropa yang sudah di atas empat persen," katanya.

Penetrasi asuransi yang rendah di Asia, tambahnya, juga terlihat dari bisnis asuransi jiwa yang masih dibayangi tingginya selisih perlindungan (protection gap) yakni pendapatan yang hilang untuk mempertahankan standar hidup bagi keluarga hingga 32 triliun dolar AS ketimbang Uni Eropa pada 2010.

Demikian pula Indonesia, menurut Josi, "protection gap"-nya masih tinggi sekitar 700 miliar dolar per tahun.

"Hal ini karena rendahnya kesadaran dan belum tercapainya kesejahteraan sosial yang memadai," katanya.

Oleh karena itu, ia optimistis, seiring kenaikan tingkat pendidikan dan ekonomi, kelas menengah Asia termasuk Indonesia akan lebih terbuka terhadap penetrasi produk asuransi.

AXA Group, katanya, berani menargetkan pertumbuhan konsumen yang masif karena yakin dengan kenaikan kebutuhan serta penyesuaian layanan yang terus dilakukan.

Senior Economist Emergeing Asia AXA IM Aidan Yoo menambahkan, kebijakan Pemerintah  Indonesia yang fokus menumbuhkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat akan menjadikannya sebagai salah satu negara yang paling diincar  investor global.

Sementara itu, Chairman and CEO of AXA Group Henri de Castries menjelaskan, Asia akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi utama dunia pada 2030.

AXA Group terus memantau potensi besar tiga negara dengan populasi terbanyak di kawasan Asia yakni Tiongkok, India, dan Indonesia.

"Asia adalah fokus strategis bagi AXA Group. Target kami bisa meraih 100 juta nasabah dari 14 juta orang saat ini," katanya.

Untuk mencapai target tersebut, kata Castries, AXA membangun Lab Asia di Shanghai, laboratorium inovasi data di Singapura, dan kantor pengembangan investasi strategis di Hong Kong.

AXA juga menggandeng mitra investasi yang cukup kuat di setiap negara seperti ICBC di Tiongkok, Bank Mandiri di Indonesia, dan demikian juga India, Thailand, serta Malaysia.

Sedangkan, CEO AXA Asia P&C Gaelle Olivier mengatakan, bisnis asuransi perlindungan dan kecelakaan (protection and casualties/P&C) AXA masih menjadi nomor satu di Asia dengan sembilan juta klien dan pendapatan 9,5 juta Euro pada 2014.

Ia pun membidik pertumbuhan penetrasi P&C di atas 2,1 persen dari 1,6 persen pada 2013. /e

Pewarta: Kelik Dewanto

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015