Pontianak, (Antaranews Kalsel) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan investor asal Timur Tengah mulai mempunyai minat atas instrumen surat utang dalam valuta asing milik pemerintah Indonesia, terutama untuk obligasi syariah berdenominasi dolar AS atau sukuk global.

"Kalau dulu-dulu, investor sukuk didominasi AS dan Eropa, sekarang kita 'surprise' dari Timur Tengah dan Asia selain Indonesia, cukup banyak masuknya," kata Menkeu menanggapi penerbitan sukuk global di Pontianak, Senin.

Bambang Brodjonegoro menceritakan antusiasme tersebut terlihat ketika dirinya melakukan "roadshow" sukuk global di Dubai, karena tawaran untuk membeli obligasi syariah tersebut sudah muncul sebelum dirinya melakukan presentasi.

"Di Dubai ,mereka langsung mau masuk (penawaran) 100 atau 200 langsung, padahal saya belum presentasi apa-apa. Jadi itu ada 'eagerness', padahal dulu mereka ragu-ragu dan konservatif kalau mau masuk ke Indonesia," katanya.

Selain itu, minat investor Timur Tengah juga muncul karena pemerintah Indonesia menunjuk dua bank internasional yang punya keterkaitan langsung dengan kawasan tersebut sebagai "underwriter".

"Minat juga muncul karena sentimen bagus di pasar sukuk karena sukuk pemerintah atau 'sovereign' itu jarang, baru Indonesia dan Malaysia, kebanyakan dilakukan swasta. Mereka juga melihat ini jaminannya lebih kuat," tambah Menkeu.

Bambang juga menganggap perbaikan peringkat utang dari lembaga pemeringkat Standard&Poor's (S&P) untuk Indonesia ikut membantu promosi sukuk global, apalagi investor Timur Tengah memiliki pengalaman buruk terkait sukuk yang diterbitkan swasta.

"Dulu sukuk perusahaan di Dubai pernah kolaps dan 'default'. Kalau 'sovereign' ini bagus dan kita punya rating S&P membaik itu membantu juga, banyak yang mau jadi investor. Karena biasanya Timur Tengah baru masuk kalau sudah 'investment grade'," katanya.

         Terkait penerbitan surat utang valas secara keseluruhan, pemerintah berencana untuk fokus pada penerbitan obligasi nonrupiah, sebagai antisipasi terhadap pembalikan modal terkait rencana penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed.

"Kita memang mau menambah yang nonrupiah surat utangnya, karena rupiah ini kepemilikan asingnya masih tinggi dan itu berpotensi kena 'sudden reversal' kalau ada apa-apa, jadi itu untuk mengantisipasi risiko," jelas Menkeu.

    
Waktu yang tepat

Untuk itu, Menkeu memastikan penerbitan obligasi berdenominasi Euro atau Euro Bonds yang akan dilakukan pemerintah pada waktu yang tepat dengan bunga yang kompetitif.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi syariah berdenominasi dolar Amerika Serikat atau Sukuk Global senilai dua miliar dolar AS, dengan tenor 10 tahun dan jatuh tempo pada 2025.

Penerbitan Sukuk Global ini dicatatkan di Singapore Stock Exchange dan NASDAQ Dubai (dual listing). Setelmen dilaksanakan pada 28 Mei 2015. Sukuk tersebut diterbitkan pada harga par dengan imbalan 4,325 persen dan memperoleh peringkat Baa3 dari Moody's, BB+ dari S&P dan BBB- dari Fitch.

Penerbitan ini merupakan penerbitan keenam Sukuk berdenominasi dolar AS oleh pemerintah dan keempat kalinya diterbitkan dalam Islamic Global Medium Term Notes (Islamic GMTN) atau program yang telah ditingkatkan menjadi senilai 10 miliar dolar AS.

Setelah roadshow ke beberapa kota pusat keuangan syariah di kawasan Asia, Timur Tengah dan Eropa, transaksi ini mendapat respon yang sangat baik dari para investor global dan menghasilkan jumlah penawaran lebih dari 6,8 miliar dolar AS dari 240 investor dan kelebihan permintaan (oversubscribed) 3,4 kali.

Sementara, distribusi investor berdasarkan wilayah adalah sebesar 41 persen investor Syariah dan Timur Tengah, 21 persen investor Amerika, 16 persen investor Eropa, 12 persen investor wilayah Asia selain Indonesia, dan 10 persen investor Indonesia./e

Pewarta: Satyagaraha

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015