Eco Fesyen Indonesia (EFI) bersama masyarakat Desa Asia Baru, Desa Jarenang, Desa Kabuau, dan Desa Jambu, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan melakukan penanaman 200.000 bibit purun di lahan milik desa seluas empat hektare atau 50.000 bibit untuk satu hektare lahan di masing – masing desa dan melakukan peletakan tiang pertama pembangunan rumah purun.
Meningkatkan komitmen masyarakat guna melestarikan tumbuhan sekaligus menjaga lahan purun sebagai bagian dari tata ruang desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di keempat desa tersebut, tentunya sejalan dengan upaya konservasi lahan dan restorasi ekosistem
gambut.
Selain itu, pemanfaatan purun sudah menjadi bagian dari tradisi dan kearifan lokal masyarakat yang tinggal di seputar lahan gambut. Budaya memetik dan menganyam purun secara turun temurun telah menjadi salah satu sumber penghasilan rumah tangga, demikian rilis Sri Hidayat dari EFI yang disampaikan kepada ANTARA Kalsel, Sabtu.
Untuk mendorong pengembangan usaha purun yang berkelanjutan, sejak tahun 2020 EFI melaksanakan program inkubator Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang didanai oleh pemerintah Norwegia dan dikelola oleh United Nations Office for Project Services (UNOPS).
Kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, dan di
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.
“Selama ini purun yang tumbuh di lahan gambut hanya diolah menjadi anyaman sederhana seperti tikar, bakul, topi, padahal bisa dikembangkan menjadi produk fesyen yang bernilai ekonomi tinggi, tentunya hal ini perlu proses pendampingan.” ujar Merdi Sihombing, pendiri dan CEO Eco Fesyen Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa program inkubator ini diharapkan dapat membantu meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar lahan gambut dan menjadi bagian dari salah satu upaya mitigasi perubahan iklim. Penguatan kelompok, pengembangan kapasitas bagi para pengrajin purun, serta penyediaan sarana dan pra-sarana produksi kerajinan purun dilakukan di Desa Asia Baru, Desa Jarenang, Desa Kabuau dan Desa Jambu. Selain itu, EFI juga akan melakukan strategi branding, lewat pembuatan film yang berbicara tentang Sustainable Fashion, dengan latarbelakang budaya
masyarakat Dayak Bakumpai, yaitu menganyam purun.
Bupati Barito Kuala, ibu Hj. Noormiliyani AS, SH. hadir memberikan kata sambutan dan membuka acara ini, “Harapannya ke depan Kabupaten Barito Kuala akan mampu memproduksi berbagai kerajinan purun yang berkualitas dan berkelas, sehingga berdaya saing dan tentunya juga akan bisa membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga”. Beliau juga berpesan agar masyarakat tetap terus menjaga kesehatan dan patuh melaksanakan protokol kesehatan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Meningkatkan komitmen masyarakat guna melestarikan tumbuhan sekaligus menjaga lahan purun sebagai bagian dari tata ruang desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di keempat desa tersebut, tentunya sejalan dengan upaya konservasi lahan dan restorasi ekosistem
gambut.
Selain itu, pemanfaatan purun sudah menjadi bagian dari tradisi dan kearifan lokal masyarakat yang tinggal di seputar lahan gambut. Budaya memetik dan menganyam purun secara turun temurun telah menjadi salah satu sumber penghasilan rumah tangga, demikian rilis Sri Hidayat dari EFI yang disampaikan kepada ANTARA Kalsel, Sabtu.
Untuk mendorong pengembangan usaha purun yang berkelanjutan, sejak tahun 2020 EFI melaksanakan program inkubator Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang didanai oleh pemerintah Norwegia dan dikelola oleh United Nations Office for Project Services (UNOPS).
Kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, dan di
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.
“Selama ini purun yang tumbuh di lahan gambut hanya diolah menjadi anyaman sederhana seperti tikar, bakul, topi, padahal bisa dikembangkan menjadi produk fesyen yang bernilai ekonomi tinggi, tentunya hal ini perlu proses pendampingan.” ujar Merdi Sihombing, pendiri dan CEO Eco Fesyen Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa program inkubator ini diharapkan dapat membantu meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar lahan gambut dan menjadi bagian dari salah satu upaya mitigasi perubahan iklim. Penguatan kelompok, pengembangan kapasitas bagi para pengrajin purun, serta penyediaan sarana dan pra-sarana produksi kerajinan purun dilakukan di Desa Asia Baru, Desa Jarenang, Desa Kabuau dan Desa Jambu. Selain itu, EFI juga akan melakukan strategi branding, lewat pembuatan film yang berbicara tentang Sustainable Fashion, dengan latarbelakang budaya
masyarakat Dayak Bakumpai, yaitu menganyam purun.
Bupati Barito Kuala, ibu Hj. Noormiliyani AS, SH. hadir memberikan kata sambutan dan membuka acara ini, “Harapannya ke depan Kabupaten Barito Kuala akan mampu memproduksi berbagai kerajinan purun yang berkualitas dan berkelas, sehingga berdaya saing dan tentunya juga akan bisa membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga”. Beliau juga berpesan agar masyarakat tetap terus menjaga kesehatan dan patuh melaksanakan protokol kesehatan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021