Amuntai,  (Antaranews Kalsel;) - Pengrajin anyaman di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, terus mengembangkan varian baru berbagai anyaman untuk membuka peluang pasar lebih luas antara lain adalah anyaman  Bamban.

Kepala bidang Perindustrian pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah , Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten HSU, Sri Mainor di Amuntai Kamis mengatakan, pihaknya mendorong perajin meningkatkan varian anyaman dan selalu inovatif.

Seperti yang dilakukan Perajin kerajinan Bamban, yang kini mulai menggeliat setelah pemerintah membantu menggali potensi daerah untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya.

Anyaman Bamban yang dulu hanya membuat kerajinan bakul atau keranjang untuk mengangkut hasil pertanian, kini dikembangkan menjadi produk kerajinan tas dan lainnya.

"Kita juga sudah memberikan pelatihan teknik meningkatkan kualitas anyaman, agar harga jual kerajinan Bamban juga meningkat," kata Mainor.

Mainor mengatakan, kini kerajinan anyaman Bamban sudah bisa dipasarkan hingga ke Wilayah Kalimantan Timur dan Tengah, bahkan sebagian pengepul telah menjualnya hingga ke Pulau Jawa.

Namun diakuinya, jika bantuan peralatan belum bisa diberikan kepada perajin di Desa Kamayahan yang berjunlah 20 orang, sehingga masih banyak kerajinan Bamban dijual setengah jadi dengan harga yang tentu lebih murah.

"Para perajin belum mengajukan proposal bantuan alat, sehingga belum bisa kita bantu," katanya.

Sementara Kepala Desa Kamayahan Norhaidah menuturkan, ada peluang mendapatkan bantuan alat, sehingga para perajin akan mengusulkan pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang diajukan kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

"Karena belum memiliki alat untuk meningkatkan motif, corak dan varian, maka produk yang dijual kebanyakan masih setengah jadi, bahkan sebagian atribut tas seperti tali tas dikerjakan perajin lain dengan sistem upah," katanya.

Norhaidah memaparkan, bahan baku kerajinan Bamban berasal dari kulit tanaman Bamban yakni sejenis tanaman semak yang banyak tumbuh di lahan rawa di Kecamatan Amuntai Utara.

"Sebagian masyarakat, khususnya kaum perempuan di desa bahkan menjadikan anyaman bamban ini sebagai mata pencarian utama," katanya.

Sehingga, katanya dengan adanya bantuan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera atau UPPKS dan BKKBN bagi peningkatan kualitas, kerajinan ini sangat membantu perajin yang menggantungkan hidupnya dari hasil membuat anyaman Bamban.

Setelah jadi tas yang diberi aneka motif, corak dan varian, katanya harga jual produk kerajinan Bamban meningkat hingga tiga kali lipat.

"Satu buah tas yang sudah diberi motif dan desain dijual seharga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu," imbuhnya.

Bahkan, katanya lagi, berkat inovasi kerajinan Bamban ini kelompok UPPKS Nusa Indah Desa Kamayahan meraih juara pertama tingkat Kabupaten HSU.

Namun diakuinya jika produk kerajinan Bamban masih kurang terekspose jika dibanding jenis kerajinan anyaman Eceng Gondok yang mulai dikenal masyarakat pada 2009.

"Kita berharap kerajinan Bamban bisa lebih dipromosikan pada event-event pameran diluar daerah, sehingga pangsa pasar untuk kerajinan ini semakin luas," katanya.*

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015