Amuntai (Antaranews Kalsel) - Tenun Sarigading yang merupakan corak khas Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, dan juga berfungsi untuk kelengkapan pengobatan tradisional, terancam punah karena perajinnya tinggal tersisa dua orang.


Kepala Desa Sungai Tabukan Humaidi di Amuntai, ibu kota Hulu Sungai Utara (HSU), Kamis mengatakan, dua orang perajin kain Sarigading tersebut adalah Norsaida Taberani dan Asmah. Keduanya warga Desa Sungai Tabukan Kecamatan Sungai Tabukan yang kini usianya juga sudah tua.

Kain Sarigading biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana pengobatan dan acara-acara adat di daerah tersebut.

"Khusus tenun Sarigading yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan pengrajinnya tersisa dua orang, walaupun yang memiliki kemampuan menenun masih 5-10 orang, atau sekitar tiga keluarga," katanya.

Namun, para penenun itu, hanya memiliki kemampuan melanjutkan hasil tenunan awal, dari dua pengrajin tersebut. Karena itu, keberadaan tenun Sarigading dikhawatirkan punah bila tidak ada upaya untuk penyelamatan atau regenerasi.

Dua perempuan penenun yang tersisa untuk keahlian membuat kain Sarigading sebagai fungsi pengobatan, yakni Norsaida Taberani dan Asmah, keduanya warga Desa Sungai Tabukan Kecamatan Sungai Tabukan.

Humaidi mengatakan, keahlian menenun kain Sarigading untuk perlengkapan pengobatan tersebut diwariskan secara turun temurun, sehingga tidak bisa diajarkan.

"Kalau teknik menenun mungkin bisa diajarkan, namun terkait ritual menenun Kain Sarigading untuk pengobatan penyakit, tinggal dua orang tersebut yang bisa," katanya.

Hingga kini, kedua perempuan ini belum mewariskan keahlian menenun kepada kerabatnya, atau masyarakat secara luas.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat Hananiah meminta instansi terkait seperti Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan untuk mengangkat potensi khas daerah yang hampir `tenggelam` agar tidak hilang begitu saja.

"Kita minta potensi-potensi kerajinan khas daerah yang hampir tenggelam untuk diangkat, dikembangkan," kata Hananiah.

Ia minta alokasi anggaran, jangan tertuju hanya satu atau beberapa produk kerajinan saja, meski produk unggulan namun jangan sampai melupakan produk lain yang hampir hilang karena kurang dikembangkan.

"Jangan hanya program yang sama yang dianggarkan tiap tahun, tapi perlu diangkat potensi lain yang hampir tenggelam" katanya.

Kepala Bidang Industri Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Dinkuperindag) Sri Mainor mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendekatan kepada perajin untuk bersedia memberikan pelatihan teknik tenun Kain Sarigading.

"Kami merencanakan 2016 mengadakan pelatihan teknik tenun kain Sarigading namun masih melakukan pendekatan kepada perajin, agar bersedia memberikan pelatihan kepada perajin pemula," katanya.

Mainor mengakui, pemasaran kain Sarigading terbatas hanya pada pesanan. Biasanya masyarakat hanya memesan jika ada keperluan untuk pengobatan.

"Sejak dulu sebagian masyarakat percaya bahwa Kain Sarigading bisa untuk mengobati penyakit tertentu," tuturnya.

Menurut dia, Dinkuperindag mencoba mengubah orientasi pembuatan kain tenun Sarigading tidak lagi hanya pengobatan, tapi juga dikembangkan untuk motif busana dan lainnya.

  "Jika fungsinya dikembangkan semoga bisa membuka pemasaran jenis kain ini, agar mampu mendorong lebih banyak perajin, untuk menekuni usaha pembuatan kain tenun Sarigading," katanya.    

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015