Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin mencatat, dari Januari hingga April tahun 2015 ini sudah sebanyak 10 kasus kematian ibu dan bayi dalam proses persalinan di rumah sakit wilayah kota setempat.

Diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Diah R Praswati, di Banjarmasin Kamis, rinciannya sebanyak enam kasus kematian bayi dan empat kasus kematian ibu.

Menurut dia, jumlah kasus ini sangat memprihatinkan, sehingga dia mengharap kesadaran ibu hamil terus menjaga kesehatannya untuk kelancaran dan keselamatannya saat persalinan nantinya.

Instansinya pun, kata Diah akan berusaha menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.

Namun, agar terarah dan optimal perlu adanya aturan tentang pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

"Pada prinsipnya pelayananKIA adalah meningkatan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien," ucapnya.

Pada dasarnya, sebut Diah, komitmen ikut merealisasikan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sudah dilakukan  Bahkan, payung hukum yang menaungi hak ibu dan anak sudah dituangkan dalam peraturan daerah (Perda) Nomor 8 tahun 2013 tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)

Dengan pelaksanaan Perda KIBBLA maka semua sasaran KIBBLA dapat terlayani dan mendapatkan hak-hak sesaui Perda tersebut. beberapa program pun sudah intensif dilakukan mulai peningkatkan SDM tenaga kesehatan dan imunisasi.

"Kendalanya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya masih rendah. Baik ke bidan maupun puskesmas terdekat," ujar Diah.

Lantas mengapa AKI dan AKB masih tinggi?. Diah menjelaskan banyak faktor yang mempengaruhi AKI dan AKB. Kematian ibu terjadi pada perempuan yang terlalu muda untuk hamil, ada juga yang terlalu tua untuk hamil, jarak kehamilan yang terlalu berdekatan, serta kehamilan yang terlalu sering.

"Kasus yang paling sering kita temukan adalah pendarahan usai melahirkan," sebut Diah.

Sementara, pengaruh tingginya AKB juga disebabkan banyak faktor, mulai kondisi kehamilan dan perawatan ibu akan asupan gizi yang belum terpenuhi sehingga perkembangan bayi menjadi terganggu misalnya berat bayi lahir rendah.

Karenanya, berbagai pihak perlu menyadari kehamilan merupakan investasi sumberdaya manusia yang sangat tinggi nilainya sehingga perlu dijaga dengan baik agar sumberdaya manusia yang dilahirkan sehat, bermutu, dan produktif.

"Sosialisasi intens kita laksanakan. Bahkan, dalam waktu dekat menggelar Pekan Imunisasi. Ini juga salah satu kegiatan untuk menekan AKI/AKB," tandasnya.

Dari catatan Dinas Kesehatan, AKi dan AKB mengalami naik turun setiap tahunnya, yakni sejak 2010 Angka Kematian Ibu (AKI) berjumlah 14 orang, 2011 berjumlah 12 orang, di 2012 berjumlah 14 orang, 2013 berjumlah 17, dan 2014 terdapat 14 kasus.

Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 2011 berjumlah 7 orang, 2012 berjumlah 6 orang, tahun 2013 berjumlah 7 orang dan 2014 berjumlah 6 kasus.

Pewarta: Sukarli

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015