Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Produksi itik alabio di Desa Sungai Malang, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, untuk memenuhi kebutuhan itik di Kalimantan.


Ketua Kelompok Peternak itik di Hulu Sungai Utara, Syahrudin di Amuntai, Selasa mengatakan, Desa Sungai Malang merupakan salah satu kawasan pemasok kebutuhan produksi daging dan telor itik untuk regional Kalimantan.

"Melalui kelompok ternak itik Karunia 2 yang memiliki anggota 35 orang, para peternak di kawasan itu sudah menjadi pemasok daging dan telor itik ke berbagai instansi dan perusahaan," katanya.

Bahkan 2015, lanjut Syahrudin, peternak di Hulu Sungai Utara sudah mendapatkan pesanan 100 ribu ekor itik.

Sejak didirikan 9 Februari 2011, kelompok ternak itik Karunia 2 sudah mampu memasok kebutuhan akan daging dan telor itik di berbagai daerah di Kalsel.

Dengan pesanan 100 ribu ekor itik, para peternak harus meningkatkan produksi mengingat populasi itik yang dimiliki kelompok ini baru 27.671 ekor.

Sedangkan produksi telor mencapai 1,53 juta butir per tahun, anak itik 115 ribu ekor per tahun, itik dara 201 ribu ekor per tahun, itik dewasa 271 ribu ekor per tahun, itik potong 72 ribu per tahun, dan produksi telor asin 24 ribu butir per tahun.

Setiap pekannya kelompok ternak tersebut mampu memasarkan rata-rata 31 ribu telor, 2.400 ribu anak itik, itik dara 4 ribu, itik siap produksi 5.648, itik potong bentuk karkas 1.500 ekor dan telor asin 500 butir.

Untuk membantu meningkatkan produksi, kelompok ternak yang terpilih mewakili Kabupaten Hulu Sungai Utara pada lomba kelompok agribisnis ke tingkat provinsi Kalsel ini masih membutuhkan tambahan modal.

Meski sudah memiliki modal usaha kelompok mencapai Rp1,3 miliar, namun untuk mengantisipasi meningkatkan permintaan kebutuhan akan ternak, daging dan telor itik di berbagai daerah dibutuhkan modal lebih besar.

Modal kelompok ini berasal dari dana pinjaman koperasi Rp80 juta, iuran anggota Rp15 juta, keuntungan kelompok Rp362 juta lebih, swadaya anggota kelompok Rp875 juta, sehingga total sumber modal kelompok sebesar Rp1,3 miliar lebih.

"Akses modal bantuan dari pemerintah belum pernah kami terima, baik dari pemerintah kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat. Dan kedepan bantuan tersebut sangat diharapkan," ungkapnya.

  Permasalahan lain yang dihadapi peternak, lanjut syahrudin, berupa ancaman penyakit yang bisa mengakibatkan kematian pada ternak itik dan perizinan pengiriman ternak. Untuk sampel darah atau pengujian VCR harus harus dilakukan di laboraturium provinsi sehingga perlu waktu dan dana yang besar.   

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015