Banjarmasin, (Antaranews Kalsel)- Kalangan pecinta lingkungan mengkhawatirkan kehidupan sekelompok kera unik Bekantan (Nasalis larvatus) yang berada dekat kota, yakni di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (sekitar 17 Km Kota Banjarmasin).
Kelompok kera hidung besar tersebut beraktivitas mencari makan dan bermain sambil berpindah dari satu pohon ke pohon lain seperti tidak terusik dengan lalu lalangnya kendaraan di kawasan lalu-lintas padat penduduk tersebut.
Hal tersebut tentunya bukan hal yang wajar mengingat Bekantan dikenal sebagai hewan yang pemalu dan cenderung menghindar ketika bertemu dengan manusia.
"Dugaan sementara mereka berada di wilayah itu karena terpojok lantaran habitat yang semakin menyusut akibat pembangunan perumahan penduduk, perkantoran, dan berbagai aktivitas alih fungsi lahan di wilayah rawa-rawa itu," katanya.
Bahkan mengutip keterangan Ketua SBI Amalia Rezeki disebutkannya kelompok Bekantan memang sudah beberapa kalidilaporkan melalui jejaring sosial yang habitatnya sudah terkepung pemukiman di wilayah tersebut.
Tidak hanya di Sekitar RSJD Sambang Lihum tetapi juga di sekitar Kantor Dishub Kota Marabahan Kabupaten Barito Kuala. Sayangnya menurut Amalia untuk sementara ini mereka tidak bisa berbuat banyak untuk mengevakuasi kawanan Bekantan karena keterbatasan sumber daya.
"Kami memang sudah mendapat laporan tentang kawanan bekantan tersebut. Kami juga sudah meminta BKSDA Kalsel untuk segera merelokasi kawanan tersebut ke habitat yang lebih layak. Semoga dalam waktu dekat kita bisa merelokasi mereka ke tempat yang lebih aman", papar Amalia seperti di kutip Muhammad Jumani.
Di Kabupaten Barito Kuala, nasib serupa juga dialami oleh sektiar dua kelompok kawanan Bekantan, akibat alih fungsi lahan untuk perkebunan sawit, mereka akhirnya terdesak ke sisa areal hutan galam dan akasia belakang kantor Dishub Batola seluas kurang lebih dua Hektare yang berbatasan langsung dengan rumah dan kebun warga.
Keadaan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan, karena Bekantan yang kelaparan dan terpaksa mencari makan di sekitar kebun warga akan dianggap sebagai hama oleh petani dan diburu.
Oleh karena itu, seharusnya kelompok Bekantan yang terdesak pemukiman tersebut dievakuasi saja ke habitat mereka yang memadai, atau areal yang cocok bagi kehidupan satwa yang menjadi maskot Kalsel tersebut, demikian Muhammad Jumani. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Seorang pecinta lingkungan dari komunitas Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Muhammad Jumani kepada Antara Kalsel, Jumat menuturkan seringnya frekuensi aktivitas kawanan Bekantan yang terpantau di tepian Jalan Gubernur Syarkawi Km 3,9 tak jauh dari lokasi Rrmah Sakit JIwa Daerah (RSJD) Sambang Lihum.
Mengutip keterangan warga Muhammad Jumani menuturkan, dalam beberapa hari terakhir ini kawanan Bekantan sekitar 12-15 ekor memang kerap terlihat di tepi jalan, terutama pada waktu sore hari.Kelompok kera hidung besar tersebut beraktivitas mencari makan dan bermain sambil berpindah dari satu pohon ke pohon lain seperti tidak terusik dengan lalu lalangnya kendaraan di kawasan lalu-lintas padat penduduk tersebut.
Hal tersebut tentunya bukan hal yang wajar mengingat Bekantan dikenal sebagai hewan yang pemalu dan cenderung menghindar ketika bertemu dengan manusia.
"Dugaan sementara mereka berada di wilayah itu karena terpojok lantaran habitat yang semakin menyusut akibat pembangunan perumahan penduduk, perkantoran, dan berbagai aktivitas alih fungsi lahan di wilayah rawa-rawa itu," katanya.
Bahkan mengutip keterangan Ketua SBI Amalia Rezeki disebutkannya kelompok Bekantan memang sudah beberapa kalidilaporkan melalui jejaring sosial yang habitatnya sudah terkepung pemukiman di wilayah tersebut.
Tidak hanya di Sekitar RSJD Sambang Lihum tetapi juga di sekitar Kantor Dishub Kota Marabahan Kabupaten Barito Kuala. Sayangnya menurut Amalia untuk sementara ini mereka tidak bisa berbuat banyak untuk mengevakuasi kawanan Bekantan karena keterbatasan sumber daya.
"Kami memang sudah mendapat laporan tentang kawanan bekantan tersebut. Kami juga sudah meminta BKSDA Kalsel untuk segera merelokasi kawanan tersebut ke habitat yang lebih layak. Semoga dalam waktu dekat kita bisa merelokasi mereka ke tempat yang lebih aman", papar Amalia seperti di kutip Muhammad Jumani.
Di Kabupaten Barito Kuala, nasib serupa juga dialami oleh sektiar dua kelompok kawanan Bekantan, akibat alih fungsi lahan untuk perkebunan sawit, mereka akhirnya terdesak ke sisa areal hutan galam dan akasia belakang kantor Dishub Batola seluas kurang lebih dua Hektare yang berbatasan langsung dengan rumah dan kebun warga.
Keadaan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan, karena Bekantan yang kelaparan dan terpaksa mencari makan di sekitar kebun warga akan dianggap sebagai hama oleh petani dan diburu.
Oleh karena itu, seharusnya kelompok Bekantan yang terdesak pemukiman tersebut dievakuasi saja ke habitat mereka yang memadai, atau areal yang cocok bagi kehidupan satwa yang menjadi maskot Kalsel tersebut, demikian Muhammad Jumani. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015