Surabaya, (Antaranews Kalsel) - Terminal Pelabuhan Teluk Lamong yang merupakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Jawa Timur, kini diklaim menjadi salah satu dari empat pelabuhan tercanggih dunia.

Direktur Utama PT Pelindo III Djarwo Surjanto mengatakan, Terminal Teluk Lamong bukan hanya dilengkapi peralatan cukup canggih, tetapi juga menjadi pelabuhan yang ramah lingkungan.

"Terminal Teluk Lamong ini, diklaim memiliki kecanggihan terbaik ke-empat di dunia setelah pelabuhan Virginia Amerika, Spanyol dan Dubai," kata Djarwo.

Menurut dia, pelabuhan berkonsep "green port" (ramah lingkungan) tersebut merupakan pengembangan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yang akan melayani jasa kepelabuhanan untuk domestik dan internasional dengan dermaga yang terpisah.

Saat ini, tambah Djarwo, bongkar muat barang jalur Internasional dilayani tiga unit crane otomatis, sementara domestik dua unit, dan pada akhir 2015 akan di tambah masing-masing menjadi lima unit.
    
Konsep "green port" yang diusung Terminal Teluk Lamong sendiri, diantaranya tidak menggunakan bahan bakar minyak untuk operasional mesin bongkar muat, tetapi akan menggunakan peralatan energi listrik hingga gas.

“Terminal Teluk Lamong menjadi "green port" diantaranya mengurangi penggunaan karbon. Kalau di Tanjung Perak banyak alat-alat kita yang pakai diesel. Ini selain biaya BBM mahal, juga menimbulkan efek rumah kaca,” kata Djarwo.

Salah satu fasilitas ramah lingkungan lainnya adalah tersedianya 50 unit "combine tracktor terminal" (truk pengangkut) yang dilengkapi "power pack" sebagai tenaga pengerak, yang sewaktu-waktu bisa cepat diganti apabila terjadi kerusakan, sehingga menjadi  "zero waiting time" atau meminimalisir waktu tunggu.

"Disamping pengoperasiannya sendiri menggunakan "wire guided navigation system" sehingga dapat bergerak secara otomatis (tanpa pengemudi) mengikuti garis kabel yang telah dipasang di jalan, untuk aktivitas bongkar muat juga telah menggunakan "docking system," katanya, saat menerima kunjungan Jurnalis Kalimantan Selatan, Kamis (26/3).

Sementara kapasitas bongkar muat yang bisa dilayani Terminal Teluk Lamong hingga saat ini mencapai 35 box kontainer per jam, untuk pelayaran internasional, dan 30 box domestik dari 10 perusahaan pelayaran yang sudah memanfaatkan kecanggihannya.

Pada "container yard" (lapangan penumpukan) sendiri dilengkapi sensor pada peralatannya, dan akan berhenti bekerja apabila dideteksi adanya manusia di areal tersebut.

Sementara di pintu masuk, truk tidak dilayani petugas melainkan menggunakan sistem kode dan nomor kendaraan sehingga terdata secara elektronik, baik kendaraan ataupun barang yang akan keluar.

Pelabuhan bongkar muat Terminal Teluk Lamong yang dibangun senilai Rp3,4 triliun (tahap pertama) di lahan seluas 80 hektar tersebut, juga memiliki fasilitas pengisian bahan bakar gas di dalam dan di luar terminal.

"Ke depan akan dikembangkan kawasan industri seluas 200 hektar yang akan menjadi penunjang pelabuhan," katanya.

Pengoperasian kegiatan bongkar muat Terminal Teluk Lamong sendiri dilakukan melalui ruang kontrol yang diisi 60 persen karyawan wanita.

Segala kecanggihan yang dimiliki Terminal Teluk Lamong diyakini sebagai upaya untuk menekan tingginya biaya pelabuhan atas setiap barang, agar mencapai nilai efisiensi dan meningkatkan daya saing pelabuhan di kawasan ini.

Pada kunjungan tersebut, para wartawan dari Kalimantan Selatan, juga diajak menyusuri selat Madura. Dalam perjalanan tersebut tampak jejeran "Ship to Shore crane" (STS) hijau, sedang melakukan aktivitas bongkar muat kapal berbobot besar Marina Star 3 yang sandar di dermaga Terminal Teluk Lamong.C

Pewarta: Herry Murdy Hermawan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015