Banjarmasin, (Antaranews Kalsel)- Sejumlah warga Pulau Sugara, Kabupaten Barito Kuala, bertekad melestarikan industri rumah "kapur sirih," karena usaha tersebut dikerjakan secara turun temurun.


Tujuh wanita perajin industri kapur sirih di Pulau Sugara saat ditemui Antara Kalsel di lokasi industri, Sabtu menuturkan, industri ini tetap bertahan karena masih banyaknya permintaan.

Permintaan bukan saja warga Barito Kuala dan Kota Banjarmasin tapi juga banyak permintaan dari daerah lain, dari Kotabaru, Kuala Kapuas, Palangkaraya Kalimantan Tengah, bahkan dari Pulau Jawa.

"Bahkan kami pernah memperoleh permintaan memproduksi seribu blek (satu blek =25 kg) per bulan, permintaan dari sebuah perusahaan perkebunan tersebut tak bisa dipenuhi," kata Jumiati seorang dari perajin tersebut.

Mereka menyatakan hanya sanggup sekitar 500 blek per bulan, itupun jika mereka memperoleh bantuan modal dari pemerintah dan bahan baku yang berupa kulit kerang kapah mencukupi.

Menurut mereka, industri kapur sirih Pulau Sugara ini mungkin satu-satunya industri kecil yang memproduksi kapur sirih yang masih bertahan di wilayah Barito Kuala dan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Pulau Sugara sebenarnya walau masuk Kabupaten Barito Kuala tetapi mereka mengakui sebagai warga Kota Banjarmasin, lantaran desa mereka hanya berbatas sebuah sungai kecil dengan pinggiran Kota Banjarmasin.

Menurut mereka di desa mereka terdaoat empat keluarga yang memproduksi kapur sirih secara turun temurun sejak ratusan tahun silam, dari empat keluarga itulah produksi kapus sirih yang beredar secara luas di pasaran.

Ketika ditanya soal bahan baku, disebutkan sekarang ini tak masalah, karena didatangkan dari berbagai daerah seperti dari Kuala Pembuang atau Kumai Kalimantan Tengah dengan harga Rp1 juta per ton.

Dari bahan baku satu ton bila diolah menjadi kapur bisa berjumlah dari satu ton, karena sifatnya bahan baku itu setelah diproses menjadi kapur sirih maka bisa mengembang, kata Jumiati.

Mereka berharap, perajin yang tinggal sedikit ini supaya memperoleh bantuan modal dari pemerintah, sebab jika mereka gulung tikar maka masyarakat akan kesulitan memperoleh bahan kapur sirih di pasaran.

Kapur sirih selama ini banyak digunakan untuk bahan makan sirih, penjernih air, campuran pembuat kue,

 bahan aneka obat tradisional, industri kosmetika, dan aneka kegunaan lainnya.    

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015