Amuntai,  (Antaranews Kalsel) - Sebanyak 213 anak berkebutuhan khusus atau penyandang cacat di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, tidak bersekolah di lembaga pendidikan khusus Sekolah Luar Biasa.


Kabid Guru dan Tenaga Teknis Dinas Pendidikan Hulu Sungai Utara Akhmad Radhani, di Amuntai, Selasa mengatakan, mereka yang berkebutuhan khusus yang seharusnya disekolahkan di SD dan SMP luar biasa, ternyata tidak bersekolah di jalur semestinya yakni SLB.

"Anak-anak ini banyak bersekolah di Madrasyah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah," kata Radhani, melalui siaran pers.

Salah satu penyebab keengganan masyarakat menyekolahkan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa, karena perasaan malu yang menghinggapi orang tua atau kerabat mereka.

Padahal Pemkab Hulu Sungai Utara sudah menyediakan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Desa Sungai Malang, dan satu buah SMP luar biasa di Sungai Dikum, yang dikelola swasta.

Selain itu, lanjut dia, Dinas Pendidikan Hulu Sungai Utara juga menyediakan SD dan SMP Inklusif untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak ingin sekolah ke SLB

Menurut dia, masyarakat cenderung lebih mempercayakan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut di lembaga-lembaga pendidikan agama, karena faktor masyarakat Hulu Sungai Utara yang agamis.

Radhani menuturkan, sebagai upaya `jemput bola` untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus ini, maka dilaksanakan program inklusif di SD dan SMP yang bukan sekolah luar biasa.

Bila disuatu sekolah terdapat siswa berkebutuhan khusus, seperti cacat mental (idiot) dan sejenisnnya maka akan dilaksanakan program kelas inklusif di sekolah bersangkutan.

Program inklusif ini, kata dia, sebagai upaya pemerintah daerah mengatasi orang tua yang malu menyekolahkan anak mereka ke SDLB, sehingga di sekolah umum juga disediakan program belajar anak-anak berkebutuhan khusus.

Ia menjelaskan, tenaga guru SDLB yang terbatas jumlahnya akan digilirkan mengunjungi sekolah SD dan SMP inklusif untuk melakukan pendampingan terhadap para guru disekolah dalam mendidik anak-anak.

Namun, Radhani mengakui Disdik Hulu Sungai Utara belum memiliki data lengkap berapa jumlah anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah-sekolah inklusif tersebut.

  Sedang upaya membentuk kelas Inklusif di madrasyah ibtidaiyah dan tsanawiyah perlu berkoordinasi lebih lanjut bersama Kementerian Agama Hulu Sungai Utara.   

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015