Taman Anggrek Meratus di Lembah Bukit Manjai, Mandiangin, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan kini memiliki koleksi ratusan spesies anggrek alam yang ditata tumbuh secara alam.
"Anggrek-anggrek ini semuanya ditanam di batang pohon tegakan yang tumbuh di kawasan hutan lembah Bukit Manjai agar terlihat alami dan asri," terang pegiat konservasi anggrek Meratus Ferry F. Hoesain di Banjarmasin, Rabu.
Di taman anggrek tersebut, terdapat rumpun anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum) yang menempel di batang pohon. Ukurannya sangat besar dengan jumlah rumpun mencapai 30 batang.
Anggrek raksasa ini menjadi ikon dari Taman Anggrek Meratus. Di samping itu terdapat juga anggrek hitam (coelogyne pandurata), anggrek vanda (vanda dearei), anggrek bulan (phalaenopsis amabilis) dan banyak lagi anggrek jenis bulbophyllum khas Meratus lainnya.
Dalam penanaman kembali anggrek di alam, ungkap Ferry, juga melibatkan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan masyarakat sebagai upaya sosialisasi dan edukasi bagi konservasi anggrek Meratus yang keberadaannya semakin terancam punah.
Ferry menegaskan Taman Anggrek Meratus di lembah Bukit Manjai terbuka bagi masyarakat umum yang peduli anggrek spesies, termasuk mereka yang ingin menyumbangkan koleksinya dikembalikan ke hutan untuk ditanam.
"Nantinya di tempat ini tidak saja sebagai kawasan konservasi anggrek khas hutan Meratus, tetapi juga dijadikan wahana riset bagi peneliti anggrek sekaligus wisata alam," tuturnya.
Ferry yang juga founder Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Biodiversitas Indonesia) mengakui keberadaan anggrek spesies hutan tropis pegunungan Meratus atau yang biasa disebut anggrek Meratus di Kalimantan Selatan makin memprihatinkan. Akibat degradasi hutan oleh kegiatan alih fungsi lahan serta perambahan anggrek alam.
Dia pun berkeinginan spesies anggrek khas hutan Meratus yang terkenal indah dan eksotis bisa dijaga dan dilestarikan agar tidak punah.
"Selain di alam, gerakan penanaman anggrek juga kami lakukan di kawasan ruang terbuka hijau kampus ULM di Banjarmasin. Ratusan anggrek khas hutan Meratus ditanam oleh mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP bersama komunitas pecinta anggrek di Kalsel," tandas Ferry yang juga pendiri sekaligus pembina Yayasan Anggrek Meratus Indonesia (YAMI).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Anggrek-anggrek ini semuanya ditanam di batang pohon tegakan yang tumbuh di kawasan hutan lembah Bukit Manjai agar terlihat alami dan asri," terang pegiat konservasi anggrek Meratus Ferry F. Hoesain di Banjarmasin, Rabu.
Di taman anggrek tersebut, terdapat rumpun anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum) yang menempel di batang pohon. Ukurannya sangat besar dengan jumlah rumpun mencapai 30 batang.
Anggrek raksasa ini menjadi ikon dari Taman Anggrek Meratus. Di samping itu terdapat juga anggrek hitam (coelogyne pandurata), anggrek vanda (vanda dearei), anggrek bulan (phalaenopsis amabilis) dan banyak lagi anggrek jenis bulbophyllum khas Meratus lainnya.
Dalam penanaman kembali anggrek di alam, ungkap Ferry, juga melibatkan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan masyarakat sebagai upaya sosialisasi dan edukasi bagi konservasi anggrek Meratus yang keberadaannya semakin terancam punah.
Ferry menegaskan Taman Anggrek Meratus di lembah Bukit Manjai terbuka bagi masyarakat umum yang peduli anggrek spesies, termasuk mereka yang ingin menyumbangkan koleksinya dikembalikan ke hutan untuk ditanam.
"Nantinya di tempat ini tidak saja sebagai kawasan konservasi anggrek khas hutan Meratus, tetapi juga dijadikan wahana riset bagi peneliti anggrek sekaligus wisata alam," tuturnya.
Ferry yang juga founder Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Biodiversitas Indonesia) mengakui keberadaan anggrek spesies hutan tropis pegunungan Meratus atau yang biasa disebut anggrek Meratus di Kalimantan Selatan makin memprihatinkan. Akibat degradasi hutan oleh kegiatan alih fungsi lahan serta perambahan anggrek alam.
Dia pun berkeinginan spesies anggrek khas hutan Meratus yang terkenal indah dan eksotis bisa dijaga dan dilestarikan agar tidak punah.
"Selain di alam, gerakan penanaman anggrek juga kami lakukan di kawasan ruang terbuka hijau kampus ULM di Banjarmasin. Ratusan anggrek khas hutan Meratus ditanam oleh mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP bersama komunitas pecinta anggrek di Kalsel," tandas Ferry yang juga pendiri sekaligus pembina Yayasan Anggrek Meratus Indonesia (YAMI).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021