Ketua Asosiasi Petani Hidroponik Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura (Aphothik) Kalimantan Selatan Wahdiah SP MS mengakui, pasokkan lokal sayuran di provinsinya dari usaha sistem hidroponik kini seret.

"Seretnya produksi atau pasokkan sayuran hidroponik tersebut karena pengaruh cuaca pada musim penghujan," ujarnya melalui WA menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Senin.

Pasalnya, terang alumnus Fakultas Pertanian atau pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang berkampus di Banjarbaru (berjarak sekitar 35 kilometer) itu,  kalau atap pelindung tanaman hidroponik dari hujan tidak sempurna bisa menimbulkan kerusakan terhadap sayurannya.

"Sebab kalau atap pelindung tidak sempurna tetap akan kena rembesan (tampias) air hujan dan tanaman jadi rusak," lanjut Ketua Forum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Wati atau Forhati Banjarbaru tersebut.

Namun perempuan yang juga seorang pegawai negeri sipil (PNS) itu mengaku pula tanaman hidroponiknya masih dalam keadaan aman pada musim penghujan belakangan ini.

"Kita berharap teman-teman yang juga melakukan kegiatan hidroponik agar lebih menyempurnakan perlindungan tanaman tersebut agar tidak terkena tampias sehingga tidak mudah terserang hama atau penyakit," ajaknya.

"Karena jangankan kena hujan, terkena tampias saja tanaman hidroponik jadi rusak. Dan kalau menggunakan racun pembasmi hama bukan tanaman organik lagi," lanjutnya.

Sementara hasil tanaman anorganik (tanpa menggunakan racun pembasmi hama) belakangan ini menjadi incaran banyak warga masyarakat guna menjaga kesehatan, demikian Wahdiah.



 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021