Kotabaru, (AntaranewsKalsel) - Sebagian masyarakat Kotabaru, Kalimantan Selatan, menghindari makan ikan laut, setelah ditemukannya tiga mayat korban Pesawat Airasia QZ8501 oleh nelayan Pulau Maradapan, Kecamatan Pulau Sembilan, kabupaten setempat.


"Siapa tahu, ikan yang kita makan ternyata sebelumnya makan mayat korban pesawat Airasia," kata seorang ibu rumah tangga di Kotabaru, Ummi Fitria, Sabtu.

Untuk sementara ini, lanjut dia, keluarganya cukup makan sayur-mayur, tahu, tempe dan ikan air tawar dulu.

Hal yang sama juga dilakukan oleh sejumlah ibu rumah tangga di Hilir Kotabaru, mereka masih belum mau membeli ikan laut.

Pasalnya, beredar isu di masyarakat bahwa mayat yang ditemukan nelayan Pulau Maradapan, Pulau Sembilan sudah tidak utuh lagi, bahkan sebagian organ tubuhnya hilang.

"Untuk sementara ini, kami tidak tega makan ikan laut...," kata Siti Azahra.

Sebaliknya, permintaan akan ikan air tawar beberapa hari ini melonjak drastis, terutama ikan nila, ikan patin, dan ikan lele serta ikan gabus.

Siti Azahra mengaku harga ikan air tawar, seperti, ikan nila beberapa hari ini naik dari biasanya, dari Rp35.000-Rp37.500 per kg naik menjadi Rp40.000-Rp50.000 per kg.

Sementara itu, tiga mayat korban Airasia yang ditemukan Sudirman nelayan Pulau Maradapan, Kecamatan Pulau Sembilan, Kotabaru, pertama mayat perempuan sudah tidak memiliki lengan tangan kiri, dan tangan kanan putus, sudah sulit untuk dikenali.

Kedua, ditemukan mayat laki-laki mengapung dengan posisi telentang menghadap langit dengan kondisi wajahnya tinggal tengkorak, bola mata hilang, pergelangan tangan kiri dan kanan putus, badan sudah membengkak.

Ketiga, Ibnu menemukan mayat anak perempuan diperkirakan berumur lima tahun, terapung di sekitar jembatan Pelabuhan Desa Maradapan.

Saat ditemukan mayat anak prempuan tersebut kondisinya sudah tidak berkepala, kedua tangan putus, kedua kaki putus di lutut, dan mengenakan celana jeans pendek warna biru.

Ketiga mayat tersebut Sabtu sekitar pukul 08.05 Wita diterbangkan ke Juanda, Surabaya, untuk proses identifikasi.

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015