Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan Rakhmadi Kurdi menyatakan, kerusakan lingkungan alam di Kalsel sudah cukup parah sehingga sebagian besar daerah kaya tambang itu menjadi sensitif terhadap bencana alam.

Hal tersebut disampaikannya usai pelantikan pejabat eselon III di Graha Abdi Persada Banjarmasin, Selasa.

Menurut dia, alih fungsi lahan kehutanan dan pertanian menjadi lahan perkebunan serta pertambangan membuat daerah Kalsel sering dilanda banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

"Ibarat manusia daya tahan tubuh sudah sangat lemah sehingga mudah diserang penyakit," katanya.

Salah satu indikasi kerusakan lingkungan Kalsel cukup parah antara lain bila beberapa tahun lalu banjir besar hanya terjadi lima tahun sekali kini justru banjir besar terjadi lima kali setahun bahkan lebih.

 Menurut dia, berdasarkan peta rupa bumi yang dipantau dari satelit pada 2007, Kalsel telah kehilangan 60 persen kawasan hijau.

Beberapa daerah yang kawasan hijaunya sudah berkurang antara lain Kabupaten Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Kotabaru yang merupakan daerah kaya sumber daya alam pertambangan.

Selain itu, kata dia, indeks kualitas lingkungan Kalsel juga dibawah 30 persen sehingga masuk katagori sangat parah.

         "Sehingga wajar bila hujan sedikit saja beberapa daerah langsung terendam banjir dan musim kemarau menjadi kekeringan," katanya.

Apalagi kondisi 13 DAS di Kalimantan baik itu DAS Barito, Cengal dan beberapa DAS lain juga sudah parah.

Saat ini banjir terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu di Kecamatan Haruyan dan  Kecamatan Batu Benawa yakni Senin (2/5) mulai sekitar pukul 09.00 Wita.

Di Kecamatan Haruyan banjir menggenangi beberapa desa yaitu Lokbuntar, Simpang Empat Haruyan, Mangunang, Haruyan Seberang, Pengambau Hulu dan Pengambau Hilir.

Camat Haruyan Kurmadi mengatakan, dibanding tahun-tahun sebelumnya banjir kali ini merupakan yang terparah.

Menurut dia, biasanya banjir hanya setinggi lutut sekarang sudah sepinggang orang dewasa atau satu meter.

Banjir mulai terjadi  sekitar pukul 07.00 Wita dan makin meninggi sekitar pukul 09.00 Wita.

Warga terpaksa mengamankan barang karena air terus naik sampai pelataran dan lantai warga dan yang memprihatinkan lahan persawahan siap panen juga ikut terendam.

Anggota Koramil Labuan Amas Selatan Koptu Dwi P mengatakan banjir membuat para petani tidak sempat menyelamatkan hasil panen seperti tetangganya Dansyah yang tidak sempat menyelamatkan padi yang baru saja dipanen.

"Mansyah telah memanen padi dan siap menggiling untuk dirontokkan tiba-tiba datang banjir sehingga padinya tenggelam dan diperkirakan 50 blek padi tidak terselamatkan," katanya.

Sementara Hadriansyah tokoh masyarakat Haruyan menjelaskan kalau banjir di daerahnya biasa tidak berlangsung lama air akan turun dua atau tiga jam selanjutnya banjir akan turun ke desa tetangga yaitu Pengambau Hulu dan Hilir.

Akibat banjir tersebut diperkirakan sekitar 150 hektare sawah terancam gagal panen.

"Air menggenangi beberapa desa sekitar dua kilometer dari Lok Buntar dan jalur terputus sekitar 300 meter dari simpang empat Haruyan hingga Haruyan tidak bisa dilewati kendaraan bermesin roda dua ataupun empat karena air cukup tinggi," katanya.(B)

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011