Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Anggota komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Almusawa berharap, delegasi Indonesia berhasil mengemban misi diplomasi bertemu organisasi karet internasional dan negara-negara produsen karet dunia untuk melakukan negosiasi harga karet.

"Untuk menstabilkan harga, produsen karet dunia perlu membuat kesepakatan untuk mengurangi pasokan ke pasar sawit dunia," sarannya dalam keterangan pers kepada wartawan di Banjarmasin, Kamis.

"Kalau pengurangan pasokan tidak juga bisa menstabilkan harga maka tidak ada salahnya bila menyepakati opsi moratorium pasok karet sementara sampai harga kembali menguntungkan bagi petani karet," papar legislator asal daerah pemilihan Kalimantan Selatan itu.

Ia mengungkapkan, dari pemberitaan Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI membentuk Task Force Karet Nasional (TFKN) guna mengatasi anjloknya harga karet dunia.

TFKN tersebut mendapat tugas untuk melobi organisasi karet internasional seperti International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan International Rubber Consortium (IRCo).

Selain itu, TFKN mengadakan pembicaraan dengan negara-negara produsen utama karet dunia seperti Thailand dan Malaysia, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.

Pasalnya harga sekarang, ujar politisi PKS yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanian itu, membuat petani karet lesu.

"Banyak petani yang berhenti menderes (menyadap) karet karena penghasilan yang mereka peroleh tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup," lanjut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

"Mereka (petani karet) beralih menekuni usaha sayuran dan padi atau mencari pekerjaan lain seperti bekerja di perkebunan sawit yang penghasilannya lebih menjanjikan," ungkapnya.

Dampak dari semua itu, menurut dia, banyak pabrik pengolahan karet kekurangan bahan baku dan terpaksa mengurangi produksi, bahkan ada yang tutup. "Akibatnya, banyak pegawai pabrik yang dirumahkan," katanya.

Di awal tahun 2013 (Februari), harga karet dunia di bursa Tokyo Commodity Exchange (Tocom) sempat mencapai angka tertinggi 530,6 yen per kg atau 6.349 dolar Amerika Serikat (AS) per metrikk ton.

Kemudian awal tahun 2014 (Januari) harganya jatuh ke angka 261,50 yen per kilogram atau 2.517 dolar AS/metrik ton. Sedangkan saat ini harga turun lagi atau bergerak di kisaran 196,4 � 199,5 yen per kg.

"Jika menjual sekarang rugi. Untuk memulihkan harga, opsi moratorium pasok karet ke pasar dunia perlu menjadi pertimbangan guna mendapat kesepakatan oleh semua negara produsen," pungkasnya

Sementara harga karet di Kalsel pada tingkat petani belakangan ini mengelami penurnan dari Rp12.000/kg menjadi Rp6.000/kg untuk jenis bakuan atau lump, seperti di daerah hulu sungai provinsi tersebut.

"Untung ketika harga karet turun, kami baru selesai panen, sehingga kurang berpengaruh terhadap keadaan ekonomi rumah tangga," Kibah, penyadap karet di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

"Namun kami berharap, harga karet segera naik kembali, agar bagi mereka yang menggantungkan mata pencaharian hanya pada menyadap karet tidak sampai tambah sengsara," lanjut ibu dari satu anak tersebut.

Pewarta: Oleh Syamsuddin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014