Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di sejumlah daerah di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan beberapa bulan terakhir turun drastis
Wakil Ketua Koperasi Unit Desa Gajah Mada Telaga Sari, Kotabaru, Narso, Selasa mengatakan, turunya produksi TBS kisaran 80 persen dari kondisi normal.
"Dalam kondisi normal, saya masih mengirim 1.500-2.000 ton per bulan, tetapi saat ini hanya kisaran 150 ton per bulan," katanya.
Dikatakan, turunya produksi TBS dikarenakan musim kemarau yang menyebabkan buah sawit berkurang atau yang biasa disebut "trek", musim trek biasa terjadi sekitar 3-5 bulan dalam setahun.
Selain terjadi trek, usia tamanan perkebunan kelapa sawit juga memasuki usia tua dimana persiapan untuk replanting, di masa tersebut munculnya bunga yang menjadi buah sawit berkurang drastis.
Baca juga: KPK menyita lahan sawit 33 ribu meter persegi terkait kasus Nurhadi
Narso yang juga pengusaha sawit itu menambahkan, meski saat ini harga TBS naik sekitar Rp50 per kilogram, dari kisaran Rp1.350 per kilogram menjadi Rp1.400 per kilogram di tingkat petani.
Namun karena buahnya berkurang, maka penghasilan petani juga turun drastis.
Bahkan untuk perkebunan plasma yang dikelola oleh KUD Gajah Mada ada beberapa daerah hasilnya 'nol', dan sebagian yang lain minus, karena perlu biaya perawatan.
Sementara itu, hasil pendapatan petani plasma periode juli yang dibayarkan Agustus Telagasari sebesar Rp650.000/ha, Mandala Rp600.000/ha, Sukamaju Rp350.000/ha.
Baca juga: Direktur Eksekutif GAPKI : Ekspor dan harga Sawit membaik
Sidomulyo Rp0, Sei Kupang Jaya Rp0, Sangking Baru Rp0, Sungai Nipah Rp0, Bumi asih Rp0, Pantai baru Rp0, Pembelacanan Rp0, Plajau baru Rp200.000/ha dan Pulau panci Rp200.000/ha.
Sementara itu, KUD Gajah Mada hingga saat ini mengelola kebun plasma milik 5.477 anggota seluas 7.100 hektare, terdiri dari tahap I seluas 2.100 hektare dan tahap II sekitar 5.000 hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Wakil Ketua Koperasi Unit Desa Gajah Mada Telaga Sari, Kotabaru, Narso, Selasa mengatakan, turunya produksi TBS kisaran 80 persen dari kondisi normal.
"Dalam kondisi normal, saya masih mengirim 1.500-2.000 ton per bulan, tetapi saat ini hanya kisaran 150 ton per bulan," katanya.
Dikatakan, turunya produksi TBS dikarenakan musim kemarau yang menyebabkan buah sawit berkurang atau yang biasa disebut "trek", musim trek biasa terjadi sekitar 3-5 bulan dalam setahun.
Selain terjadi trek, usia tamanan perkebunan kelapa sawit juga memasuki usia tua dimana persiapan untuk replanting, di masa tersebut munculnya bunga yang menjadi buah sawit berkurang drastis.
Baca juga: KPK menyita lahan sawit 33 ribu meter persegi terkait kasus Nurhadi
Narso yang juga pengusaha sawit itu menambahkan, meski saat ini harga TBS naik sekitar Rp50 per kilogram, dari kisaran Rp1.350 per kilogram menjadi Rp1.400 per kilogram di tingkat petani.
Namun karena buahnya berkurang, maka penghasilan petani juga turun drastis.
Bahkan untuk perkebunan plasma yang dikelola oleh KUD Gajah Mada ada beberapa daerah hasilnya 'nol', dan sebagian yang lain minus, karena perlu biaya perawatan.
Sementara itu, hasil pendapatan petani plasma periode juli yang dibayarkan Agustus Telagasari sebesar Rp650.000/ha, Mandala Rp600.000/ha, Sukamaju Rp350.000/ha.
Baca juga: Direktur Eksekutif GAPKI : Ekspor dan harga Sawit membaik
Sidomulyo Rp0, Sei Kupang Jaya Rp0, Sangking Baru Rp0, Sungai Nipah Rp0, Bumi asih Rp0, Pantai baru Rp0, Pembelacanan Rp0, Plajau baru Rp200.000/ha dan Pulau panci Rp200.000/ha.
Sementara itu, KUD Gajah Mada hingga saat ini mengelola kebun plasma milik 5.477 anggota seluas 7.100 hektare, terdiri dari tahap I seluas 2.100 hektare dan tahap II sekitar 5.000 hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020