Banjarmasin,(AntaranewsKalsel)- Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melalui kantor Dinas Bina Marga setempat mengakui kesulitan mendapatkan kayu ulin (kayu besi) untuk melakukan rehabilitasi jembatan dari bahan tersebut.

Sekretaris Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin Usni Erizal mengatakan hal itu ketika menerima kunjungan para anggota DPRD Kota Banjarmasin, Senin.

Ia mengatakan, sejumlah paket lelang perbaikan atau rehab jembatan kayu ulin terus gagal, bahkan ada yang sudah tiga kali lelang belum berhasil.

Kegagalan lelang itu, jelasnya, lantaran cukup sulit menetapkan harga persatuan (HPS), lantaran harga kayu ulin yang tidak menentu, belum lagi barangnya yang tidak mesti tersedia di pasaran akibat jenis kayu tersebut mulai langka.

Berdasarkan catatan, di Kota Banjarmasin terdapat ratusan jembatan yang dibuat sejak puluhan tahun lalu, terutama jembatan untuk menyeberangi sungai-sungai kecil sebagian besar terbuat dari kayu ulin, karena kayu tersebut dulunya mudah diperoleh serta kekuatannya sama dengan beton.

Dengan kondisi yang kesulitan mencari bahan baku tersebut membuat banyak kontraktor tidak berminat menawar dalam lelang perbaikan jembatan kayu ulin.

Lebih lanjut Kabid Jembatan Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin Norbiansyah menambahkan, setiap tahunnya Dinas Bina Marga harus terus melakukan perbaikan jembatan kayu ulin, sebab anggaran yang ada tidak mencukupi kalau diganti semua dengan konstruksi beton.

Sekarang ini, ujarnya, dana yang ada hanya bisa mengganti tiga jembatan di setiap kecamatan, jadi hanya 15 jembatan kayu ulin tahun ini dari lima kecamatan yang diganti kebeton, tuturnya.

Sisanya, ujar Norbiansyah, jembatan ulin hanya mendapat pemeliharaan dengan rehab bagian-bagian yang mengalami kerusakan, dan dana yang dianggarkan untuk pemeliharaan ini totalnya Rp3 miliar.

Lebih jauh Norbiansyah mengungkapkan, bahwa jembatan di kota Banjarmasin yang masih berkontruksi ulin masih sekitar 300 buah baik jembatan kecil maupun besar, kalau mau mengganti semua jembatan itu kebeton memerlukan Rp1,5 triliun.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014