Perusahaan global dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan otomasi, Schneider Electric meluncurkan EcoStruxure for Data Centers sebagai komitmennya untuk mendukung industri data center di Indonesia memasuki era edge computing.
Menurut Business Vice President Secure Power Division Schneider Electric Indonesia, Yana Achmad Haikal, EcoStruxure for Data Center dapat menjadi pilihan untuk membangun ekosistem digital yang pintar, andal, berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Industri data center perlu fokus mendesain edge data center yang efisien, andal dan ramah lingkungan dengan pemanfaatan teknologi data center pintar yang mengintegrasikan kecanggihan teknologi IoT, mobility, sensing, cloud, analitik, dan teknologi keamanan siber, seperti EcoStruxure for Data Centers," kata Yana melalui konferensi virtual, Jumat.
Pemanfaatan teknologi data center pintar dan energi terbarukan dalam penerapan edge computing memperkuat kemampuan pelaku industri dalam menjawab kebutuhan komunitas bisnis.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut termasuk akses data yang semakin cepat dan terintegrasi, koneksi internet yang stabil, keamanan data dan di sisi lain dapat meningkatkan efisiensi konsumsi energi dan biaya operasional.
EcoStruxure for Data Center mampu mengintegrasikan manajemen listrik, gedung dan TI sehingga klien dapat memperoleh pemahaman menyeluruh terhadap performa data center-nya dan membantu pengambilan keputusan yang tepat berbasis data real-time.
Didukung oleh staf dan mitra terbaik, solusi ini telah banyak membantu transformasi digital dari klien data center dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi hingga 38 persen, efisiensi biaya energi hingga 30 persen, peningkatan produktivitas hingga 60 persen dan data center uptime hingga 100 persen.
Beberapa analis seperti International Data Corporation (IDC) memperkirakan bahwa akan ada sekitar 40 miliar perangkat IoT yang terkoneksi, menghasilkan sekitar 80 zettabytes (ZB) data pada tahun 2025 akibat dari digitalisasi industri.
Sementara Gartner memperkirakan 75 persen data yang dihasilkan perusahaan dibuat dan diproses di luar pusat data tradisional dan jumlah pemanfaatan micro data center atau local edge data center akan meningkat 4x lipat pada 2025.
Yana mengatakan bahwa tren ini akan berdampak terhadap peningkatan konsumsi energi di sektor data center yang diperkirakan dapat mencapai 3000 terawatt-jam, hampir sama dengan konsumsi energi dari 275 juta rumah tangga pada tahun 2040.
"Strategi pengelolaan data center yang tidak efektif juga akan menyebabkan biaya operasional dan perawatan dapat melambung tinggi. Sehingga kita membutuhkan dukungan teknologi ini," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Menurut Business Vice President Secure Power Division Schneider Electric Indonesia, Yana Achmad Haikal, EcoStruxure for Data Center dapat menjadi pilihan untuk membangun ekosistem digital yang pintar, andal, berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Industri data center perlu fokus mendesain edge data center yang efisien, andal dan ramah lingkungan dengan pemanfaatan teknologi data center pintar yang mengintegrasikan kecanggihan teknologi IoT, mobility, sensing, cloud, analitik, dan teknologi keamanan siber, seperti EcoStruxure for Data Centers," kata Yana melalui konferensi virtual, Jumat.
Pemanfaatan teknologi data center pintar dan energi terbarukan dalam penerapan edge computing memperkuat kemampuan pelaku industri dalam menjawab kebutuhan komunitas bisnis.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut termasuk akses data yang semakin cepat dan terintegrasi, koneksi internet yang stabil, keamanan data dan di sisi lain dapat meningkatkan efisiensi konsumsi energi dan biaya operasional.
EcoStruxure for Data Center mampu mengintegrasikan manajemen listrik, gedung dan TI sehingga klien dapat memperoleh pemahaman menyeluruh terhadap performa data center-nya dan membantu pengambilan keputusan yang tepat berbasis data real-time.
Didukung oleh staf dan mitra terbaik, solusi ini telah banyak membantu transformasi digital dari klien data center dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi hingga 38 persen, efisiensi biaya energi hingga 30 persen, peningkatan produktivitas hingga 60 persen dan data center uptime hingga 100 persen.
Beberapa analis seperti International Data Corporation (IDC) memperkirakan bahwa akan ada sekitar 40 miliar perangkat IoT yang terkoneksi, menghasilkan sekitar 80 zettabytes (ZB) data pada tahun 2025 akibat dari digitalisasi industri.
Sementara Gartner memperkirakan 75 persen data yang dihasilkan perusahaan dibuat dan diproses di luar pusat data tradisional dan jumlah pemanfaatan micro data center atau local edge data center akan meningkat 4x lipat pada 2025.
Yana mengatakan bahwa tren ini akan berdampak terhadap peningkatan konsumsi energi di sektor data center yang diperkirakan dapat mencapai 3000 terawatt-jam, hampir sama dengan konsumsi energi dari 275 juta rumah tangga pada tahun 2040.
"Strategi pengelolaan data center yang tidak efektif juga akan menyebabkan biaya operasional dan perawatan dapat melambung tinggi. Sehingga kita membutuhkan dukungan teknologi ini," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020