Bagi banyak orang, bencana sama artinya dengan malapetaka, siapa yang ingin terjadi bencana, begitu juga terhadap wanita energik yang tinggal di Jalan Veteran Komp Halim Gg II RT 28, Kelurahan Kuripan, Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ini yang tak lain adalah Sri Naida, S.SI.MPA.

Waita kelahiran Banjarmasin, 14 April 1970 ini mengaku merasa prihatin jika terjadi bencana, karena itu melalui berbagai kesempatan ia berusaha menjadi terdepan dalam kegiatan upaya pengurangan bencana.

Oleh karena itu tak salah jika Pemprov Kalsel  saat membentuk organisasi forum Penanganan resiko Bencana-Adaptasi Perubahan Iklim (Forum PRB-API Kalsel )(SK Gubernur Pemprov Kalsel) menempatkan Sri Naida sebagai wakil ketua.

Dalam setiap kali rapat Forum PRB-API Kalsel, wanita lulusan S2 Magister Administration Public, Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta dan S2 Manajemen Pembanguan Sosial (MPS), FISIP Universitas Indonesia, Jakarta ini pendapatnya tentang penanggulangan bencana selalu menonjol. 

Apalagi di saat pendemi sekarang ini, ibu yang mempunyai anak Naufal (20th) Nabila (15th) dan Naura (8th) ini mengakui risau, apalagi sekarang mendekati musim kemarau.

Melalui sebuah postingannya di WA wanita yang juga seorang Direktur Umum PT Mampang Daya Saba Perdagangan umum, Konsultan, Garment & Catering berkantor di jalan A Yani Km 24 Jl. Golf Komp D/Mahatama A10 RT 04/RW 04, Landasan Ulin Utara, Liang Anggang, Banjarbaru, ini mengutip laporan mengenai ancaman bencana asap dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) seiring dengan musim kemarau (Arumingtyas 2020). 

Dalam laporan itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, sebagian daerah Sumatera dan Kalimantan akan memasuki puncak kemarau pada Agustus.

Badan Restorasi Gambut (BRG) juga mulai memantau intensif wilayah-wilayah rawan kebakaran hutan sejak Mei, kata wanita yang mengaku berprofesi wiraswasta, fasilitator, konsultan, peneliti dan pengrajin batik Sasirangan tersebut. 
 
Sri Naida

Ancaman tahunan kali ini krusial dan berbeda dengan waktu sebelumnya karena bertepatan pada masa pandemi Virus Corona. Lebih 20 juta penduduk di sebagian Sumatera dan Kalimantan harus menghadapi bahaya ganda asap dan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Asap Karhutla menyebabkan penyakit pernapasan seperti pnemonia yang pada saat sama merupakan gejala utama COVID-19.

Kondisi ini menunjukkan, asap dan kebakaran tahunan rentan menjadi katalisator bagi bencana lain yang skala destruktifnya lebih besar dan luas. Lantas, bagaimana menghadapi ancaman asap dan karhutla ini sebagai langkah mitigasi pada masa pandemi? tutur mantan Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Banjarbaru ini.

Anggota DPRD Kota Banjarbaru (2014-2019 ) jabatan Sekretaris Komisi II dan Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menjaga alam untuk mengurangi kejadian bencana sekaligus penyelamatan keanekaragaman hayati yang merupakan kekayaan yang ternilai sekaligus mengajak hidup bersih, pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, dan makan bergizi agar terhindar dari pandemi.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020