Amuntai, Kalsel, (Antaranews Kalsel) - Persiapan pelaksanaan ujian nasional (UN) siswa paket B, atau setara dengan SMP, di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimatan Selatan (Kalsel), masih sangat minim antara lain disebabkan kurangnya sarana pendukung.


Kepala Seksi Kesetaraan pada Bidang Pendidikan Masyarakat di Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) H Masrani di Amuntai, Selasa mengatakan, untuk menghadapi ujian nasional siswa paket B baru sekali melaksanakan latihan atau "try out".

"Kalau peserta ujian nasional yang dari umum, "try out" dilakukan lebih dari dua kali, ditambah dengan beberapa kali tambahan jam belajar," katanya.

Menurut Masrani, peserta UN paket B di HSU sebanyak 608 orang siswa dan mereka harus rela hanya mengikuti sekali kegiatan `try out` ditingkat kabupaten, sedangkan kegiatan remedial tidak bisa diselenggarakan bagi siswa, karena tidak ada anggaran pelaksanaan.

Selain itu, tenaga pengajar juga kekurangan modul dan buku-buku pelajaran untuk persiapan siswa mengikuti UN.

"Persiapan siswa paket B setiap tahun menghadapi UN memang minim, baik itu dari segi sarana dan prasarana maupun lainnya, karena pembiayaan paket B hanya ditanggung melalui dana APBD Kabupaten atau APBD II," katanya.

Meski demikian, tambah dia, para pengajar selalu mengingatkan siswa untuk belajar mandiri dan memberikan motivasi agar siap menghadapi UN.

Dinas Pendidikan (Disdik) HSU melalui Bidang Pendidikan Masyarakat (DIkmas) telah mengusulkan kepada Dinas pendidikan Provinsi Kalsel untuk mengadakan bantuan sarana belajar seperti modul, buku pelajaran termasuk soal-soal "try out" untuk siswa paket B.

"Saat Rakor penyelenggaraan program paket B yang dihadiri Sekretaris Dinas Pendidikan provinsi hampir semua kabupaten/kota mengajukan usulbantuan sarana pendidikan ini," katanya.

Ia berharap Dinas Pendidikan Kalsel sudah bisa merealisasikan bantuan sarana pendidikan ini pada 2015, karena dari pejabat Disdik Kalsel yang hadir pada pelaksanaan rakor tersebut cukup mengapresiasi keinginan pihak penyelenggara program paket B dari semua kabupaten/ kota.

Meski dari sarana kurang menunjang, kata Masrani namun presentase kelulusan siswa program paket B di Kabupaten HSU tidak berbeda jauh dengan tingkat kelulusan siswa di sekolah formal.

Ia mencontohkan presentase kelulusan siswa paket B di HSU pada 2013 hampir mencapai 95 persen. Padahal materi soal ujian yang disediakan, pada UN yang telah lalu, tidak jauh berbeda antara siswa sekolah formal dengan siswa paket B.

Masrani membenarkan cukup banyak lembaga program paket B yang menyelenggarakan kegiata pendidikannya secara mandiri, khususnya yang berada di lingkup Kementerian Agama, seperti pondok pesantren dan lembaga keagamaan lainnya.

Kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung 2 hingga 3 kali dalam satu minggu, sehingga persiapan siswa paket B lebih banyak dilakukan dirumah.

Masrani berharap kedepan program pendidikan paket B ini tidak lagi menjadi `anak tiri` dalam sistem pendidikan nasional.

  Menurutnya pemerintah wajib memberlakukan lembaga paket B ini setara dengan lembaga pendidkan formal lainnya, karena sebagai warga negara dan generasi muda bangsa, para siswa program paket B memiliki hak yang sama untuk kesempatan mendapatkan pendidikan yang berkualitas.   

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014