Merebaknya virus corona (COVID-19) di Kalimantan Selatan sejak beberapa pekan terakhir ternyata membuat pedagang jamu tradisional di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, khususnya Kampung Pejabat di Kelurahan Loktabat kebanjiran pesanan.
Kampung Pejabat bukan berarti warganya sebagian besar merupakan pejabat, namun merupakan singkatan Kampung Pedagang dan Pengolah Jamu Loktabat (Pejabat).
Salah seorang pedagang jamu Tarmuji, di Banjarbaru Rabu mengatakan, merabaknya COVID-19 ternyata membawa berkah tersendiri bagi dirinya dan pembuat pedagang jamu tradisional di daerahnya.
Pasalnya, kandungan herbal di dalam jamu, dipercaya masyarakat dapat meningkatkan daya tahan tubuh terutama saat menghadapi wabah virus Corona saat ini.
Menurut Tarmudji, dalam beberapa bulan terakhir dia bersama pengolah dan pedagang jamu di Kampung Pejabat kewalahan membuat jamu, karena permintaan konsumen meningkat tajam.
Padahal, kata dia, pengolah jamu di Kampung Pejabat kini cukup banyak, dari 78 kepala keluarga yang tinggal di daerah tersebut, 33 di antaranya bekerja sebagai penjual dan pembuat jamu.
Baca juga: BPOM bongkar gudang obat tradisional ilegal di Tanah Bumbu
Baca juga: Dinkes banjar bina pelaku usaha jamu gendong
Kawasan Kampung Pejabat ini juga semakin populer dan menjadi tempat wisata karena konsep penjualan jamu yang lebih modern dengan berdirinya sejumlah cafe jamu.
Ramuan jamu tradisional yang menggunakan bahan baku seperti jahe, kunyit, kencur hingga temulawak, dipercaya dapat meningkatkan vitaliras sehingga efektif mencegah masuknya virus atau kuman di dalam tubuh.
Dalam sehari Tarmuji mengaku dapat menjual hingga 100 gelas jamu berbagai jenis jamu dengan harga berkisar antara Rp3 ribu hingga Rp5 ribu per gelas.
Usaha pengolahan jamu yang kini menjadi salah satu pendapatan utama bagi warga Kampung Pejabat tersebut, sudah ada sejak tahun 1979.
Sebagian besar warganya kebanyakan pendatang dari Solo, Jawa Tengah yang mengadu nasib ke Kota Banjarbaru.
Kendati konsumen yang mencari jamu di daerah tersebut meningkat tajam, namun keuntungan didapat tidaklah mengalami peningkatan, karena harga bahan baku yang kini juga mahal.
Walaupun sebagian besar warga di daerah tersebut menanam sendiri untuk kebutuhan bahan baku jamu, namun dengan tingginya permintaan bahan baku tersebut tidak cukup.
Sehingga, pedagang jamu harus membeli sebagian bahan bakunya di pasar dengan harga yang sangat mahal.
Salah seorang pelanggan, Yuni mengatakan, harga jamu yang dijual di Kampung Pejabat ini cukup terjangkau. Seperti jamu beras kencur dijual dengan harga Rp3 ribu per gelas dan yang paling mahal jamu jahe dengan harga Rp5 ribu per gelas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Kampung Pejabat bukan berarti warganya sebagian besar merupakan pejabat, namun merupakan singkatan Kampung Pedagang dan Pengolah Jamu Loktabat (Pejabat).
Salah seorang pedagang jamu Tarmuji, di Banjarbaru Rabu mengatakan, merabaknya COVID-19 ternyata membawa berkah tersendiri bagi dirinya dan pembuat pedagang jamu tradisional di daerahnya.
Pasalnya, kandungan herbal di dalam jamu, dipercaya masyarakat dapat meningkatkan daya tahan tubuh terutama saat menghadapi wabah virus Corona saat ini.
Menurut Tarmudji, dalam beberapa bulan terakhir dia bersama pengolah dan pedagang jamu di Kampung Pejabat kewalahan membuat jamu, karena permintaan konsumen meningkat tajam.
Padahal, kata dia, pengolah jamu di Kampung Pejabat kini cukup banyak, dari 78 kepala keluarga yang tinggal di daerah tersebut, 33 di antaranya bekerja sebagai penjual dan pembuat jamu.
Baca juga: BPOM bongkar gudang obat tradisional ilegal di Tanah Bumbu
Baca juga: Dinkes banjar bina pelaku usaha jamu gendong
Kawasan Kampung Pejabat ini juga semakin populer dan menjadi tempat wisata karena konsep penjualan jamu yang lebih modern dengan berdirinya sejumlah cafe jamu.
Ramuan jamu tradisional yang menggunakan bahan baku seperti jahe, kunyit, kencur hingga temulawak, dipercaya dapat meningkatkan vitaliras sehingga efektif mencegah masuknya virus atau kuman di dalam tubuh.
Dalam sehari Tarmuji mengaku dapat menjual hingga 100 gelas jamu berbagai jenis jamu dengan harga berkisar antara Rp3 ribu hingga Rp5 ribu per gelas.
Usaha pengolahan jamu yang kini menjadi salah satu pendapatan utama bagi warga Kampung Pejabat tersebut, sudah ada sejak tahun 1979.
Sebagian besar warganya kebanyakan pendatang dari Solo, Jawa Tengah yang mengadu nasib ke Kota Banjarbaru.
Kendati konsumen yang mencari jamu di daerah tersebut meningkat tajam, namun keuntungan didapat tidaklah mengalami peningkatan, karena harga bahan baku yang kini juga mahal.
Walaupun sebagian besar warga di daerah tersebut menanam sendiri untuk kebutuhan bahan baku jamu, namun dengan tingginya permintaan bahan baku tersebut tidak cukup.
Sehingga, pedagang jamu harus membeli sebagian bahan bakunya di pasar dengan harga yang sangat mahal.
Salah seorang pelanggan, Yuni mengatakan, harga jamu yang dijual di Kampung Pejabat ini cukup terjangkau. Seperti jamu beras kencur dijual dengan harga Rp3 ribu per gelas dan yang paling mahal jamu jahe dengan harga Rp5 ribu per gelas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020