Oleh Ulul Maskuriah

Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Sebanyak 60 hektare kawasan konservasi taman hutan rakyat di Kalimantan Selatan dirambah untuk pengembangan kawasan perkebunan sawit dan karet oleh masyarakat.

Kepala Tahura Kalsel Akhmad Ridhani di Banjarmasin, Jumat, mengatakan perambahan terjadi sejak 2012 hingga 2013 yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang berasal dari luar daerah sekitar Tahura.

"Pada 2012 sebanyak 30 hektare kawasan Tahura di Kabupaten Tanah Laut beralih fungsi menjadi perkebunan sawit," katanya.

Saat ini, tersangka telah menjalani proses hukum untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya, sedangkan tanaman sawit yang terlanjur ditanam terpaksa dibabat, karena tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

Kejadian tersebut kembali berulang pada 2013, sebanyak 30 hektar kawasan konserfasi dijadikan sebagai lahan perkebunan karet oleh masyarakat yang diduga memiliki modal cukup kuat.

Saat ini, perambahan tersebut telah dihentikan dan tersangka juga sedang menjalani proses hukum, untuk memberikan efek jera.

"Karena yang ditanam adalah karet, maka setelah proses hukum selesai, tanaman karet tersebut menjadi hak Tahura," katanya.

Selain alih fungsi lahan, selama 2013, pihaknya juga telah mengamankan empat tersangka yang melakukan penambangan di kawasan konserfasi, yaitu untuk tambang emas ilegal dua kasas dengan satu tersangka, perambahan satu tersangka dan illegal logging satu kasus dengan tiga tersangka.

Masih adanya kasus perambahan serta kasus lain di Tahura antara lain disebabkan karena kurangnya pengawasan di kawasan tersebut.

Menurut Ridhani, saat ini polisi kehutanan yang bertanggungjawab terhadap kawasan Tahura seluas 113 ribu hektare tersebut hanyalah delapan orang, sehingga pengawasan tidak mungkin bisa dilakukan secara maksimal.

Sebelumnya, sebanyak 40 persen dari 113 ribu hektar kawasan hutan di taman hutan rakyat kritis akibat pembalakan hutan, pembakaran, dan pertambangan.

Mengatasi lahan kritis tersebut, dalam setiap tahunnya Tahura menganggarkan penanaman secara bertahap lahan kritis seluas 2.000 hektar hingga seluruh lahan kritis kembali menjadi kawasan hutan yang hijau.

"Kendati anggarannya 2.000 hektare per tahun, tapi praktiknya penanaman kami laksanakan hingga 3.000 hektare seperti saat ini," katanya.

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014