Ratusan warga memadati panggung utama Lapangan 5 Desember Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, untuk menyaksikan Pagelaran Wayang Kulit Banjar, Sabtu (11/1) malam.

Pertunjukan  dibawakan  grup wayang lokal dari Desa Basahab, Kecamatan Marabahan yang bernama Wayang Purwa Basahab Group dengan dalang kondang di Kota Marabahan, Amang Midi.

Pada pagelaran itu dalang yang pernah diundang ke Jakarta itu membawakan lakon cerita Pandu Lapas dengan diiringi kerawitan dari Desa Babai, Kecamatan Karau Kuala, Barito Selatan, Kalteng.

Pegelaran wayang kulit tersebut  disaksikan langsung Wakil Bupati H Rahmadian Noor didampingi Kabag Humpro Setda Batola Hery Sasmita beserta panitia Erkansyah dan Bajau Malela.

Yang unik, para penonton pertunjukan seni wayang kulit ala Banjar ini ternyata didominasi para generasi millennial, baik laki-laki maupun wanita bahkan anak-anak. Mereka yang hadir lebih awal memenuhi kursi yang tersedia sebelum pertunjukan dimulai.

Panitia pelaksana Ofik mengatakan, pagelaran wayang kulit ini diselenggarakan selain dalam rangka turut memeriahkan Peringatan Hari Jadi ke-60 Kabupaten Barito Kuala (Batola) sekaligus merawat tradisi dan melestarikan kearifan lokal di bidang seni dan budaya yang sangat penting.

Dia menambahkan, selain bersifat hiburan, kegiatan ini bisa menjadi media bagi masyarakat untuk meresapi nilai-nilai seni dan budaya yang tidak mengenal batas usia yang bisa masuk dalam setiap lingkup kehidupan.

“Mari bersama-sama kita lestarikan budaya yang ada, ambil yang baik sebagai tuntunan,” pintanya.

Masyarakat Banjar di Kalsel mengenal pertunjukan wayang kulit sejak abad 15 yang dibawakan pasukan Majapahit yang dipimpin Andyaningrat membawa seorang dalang Raden Sakar Sungsang lengkap dengan pengrawitnya.

Saat mulai berdirinya kerajaan Islam sekitar tahun 1526 M pertunjukan wayang kulit mulai diadaptasi dengan muatan-muatan lokal dan cita rasa serta estetika masyarakat Banjar dengan dipelopori Datuk Toya.

Sekarang wayang kulit Banjar telah menjadi seni pertunjukan yang berdiri sendiri dan memiliki spesifikasi yang membedakan dengan jenis wayang kulit lain baik dari segi bentuk, musik (gamelan pengiri, warna maupun tata cara memainkannya.

Walaupun tokoh-tokoh wayang cenderung mengikuti pakem pewayangan dan dikembangkan dari tokoh serta perlambang masyarakat Banjar seperti gunungan/kayon, Batara Narada, Arjunawijaya, Jambu Leta Petruk, Sarawita/Bilung, Subali, R Hanoman, Prabu Rama, Kedakit Klawu atau Raksasa dan lainnya.
Ratusan warga memadati panggung utama Lapangan 5 Desember Marabahan, Barito Kuala, menyaksikan Pagelaran Wayang Kulit Banjar, Sabtu (11/1) malam.Foto:Antaranews Kalsel/Humas.

 

Pewarta: Arianto

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020