Amuntai,  (Antaranews Kalsel) - Pusat Informasi Konseling (PIK)di sejumlah sekolah lanjutan atas di Kota Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan, belum mampu menjangkau keterlibatan pelajar terhadap obat-obatan terlarang.

Tenaga konseling MAN I Amuntai, Yudi Samudra, di Amuntai Sabtu mengungkapkan, PIK belum sepenuhnya mendapat respon dari pelajar.

Konsultasi yang diterima tenaga konseling dari para pelajar masih seputar persoalan yang umum dialami anak muda, seperti masalah pacaran, pergaulan dan lainnya.

"Kita masih minim menerima konseling terkait masalah penyalahgunaan narkoba," katanya.

Menurut Yudi, pelajar di sekolahnya masih belum percaya sepenuhnya untuk mengkonsultasikan masalah seputar penyalahgunaan obat, seks bebas kepada tenaga konselor seperti dirinya.

Ia meyakini sosialisasi tentang keberadaan Pusat Informasi Konseling (PIK) pelajar dan mahasiswa ini masih perlu digalakan, sehingga pelajar lebih banyak tahu fungsi dan manfaat PIK disekolahnya.

Sebagai pelajar, Yudi bisa memaklumi karena masalah seks, penyalahgunaan obat merupakan persoalan yang sensitif untuk dibagikan dengan orang lain.

Meski demikian, katanya kehadiran PIK pelajar dan Mahasiswa ini setidaknya menjadi sebuah alternatif bagi pelajar dan remaja di HSU untuk mencari tempat berkonsultasi atau mencari informasi yang benar seputar persoalan seks, narkoba, pernikahan dini dan lainnya.

PIK pelajar ini, sambung Yudi memang ingin memposisikan diri sebagai teman sebaya dengan pendekatan gaya pergaulan remaja, karena berdasarkana hasil riset yang pernah dilakukan sekitar 81 persen remaja lebih memilih `curhat` kepada rekan sebaya, dibanding dengan orang tua yang hanya 31 persen, guru 31 persen, petugas kesehatan 16 persen dan pemuka agama 12 persen.

Selain di SLTA, kegiatan PIK ini juga dibuka diberbagai sekolah tinggi yang ada di HSU, salah satunya disekolah Tinggi Agama Islam (STAI) RakhaAmuntai.

Moeryati Hernida Riany tenaga konselor sebaya di STAI juga membenarkan masih belum terbukanya mahasiswa untuk berkonsoltasi kepada tenaga pendidik maupun konselor sebaya PIK mahasiswa.

"Konseling yang saya terima juga banyak seputar pacaran, nah kalau persoalan yang satu ini nampaknya baik pelajar maupun mahasiswa tidak keberatanberbagi dengan kami" terang Moeryati.

Meski demikian, lanjut Moeryati tenaga konselor tetap harus melayani dan membantu semua persoalan seputar remaja dan mencarikan solusinya.

Moeryati mengaku pernah juga menerima keluhan seputar pernikahan dini dari remaja, karena di Kabupaten HSU masih cukup tinggi kawin muda ini,sehingga menjadi salah satu faktor penyebab tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Ia berharap pelajar dan mahasiswa didaerahnya menjauhi narkoba karena berdasarkan kasus yang ditangani aparat kepolisian paling banyakjeratan kasus narkoba terjadi di Kabupaten HSU, nomor dua terbanyak kasus narkoba di Kalsel.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013