Harga ikan gabus atau haruan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melambung dari biasanya Rp55.000 per kilogram kini mencapai Rp90.000 per kilogram akibat langka karena daerah sentra produksi ikan air tawar di Kalimantan Selatan maupun Kalimantan Tengah mengalami kekeringan.

Pedagang ikan di beberapa pasar tradisional di Banjarmasin Senin mengatakan, mahalnya harga ikan haruan tersebut disebabkan karena semakin sulitnya mendapatkan ikan sungai tersebut, sehingga para pedagang terpaksa mendatangkan dari Samarinda, Kalimantan Timur.

Menurut beberapa pedagang, selain akibat kekeringan, kelangkaan ikan favorit warga banjar ini juga dikarenakan sebagian lahan produksi ikan beralih fungsi untuk keperluan lainnya.

Bukan hanya ikan haruan, beberapa komoditi ikan sungai air tawar di Kalsel, seperti biawan kapar, pepuyu dan toman juga mengalami kelangkaan sejak 3 bulan terakhir.

"Karena barangnya tidak ada, makanya harga ikan sungai tersebut cukup mahal, pepuyu ukuran sedang yang biasanya Rp30 ribu kini harganya di atas Rp50 ribu di tingkat pedagang," katanya.

Salah seorang pencari ikan Abdulah, saat ditemui di tempat pendaratan ikan (TPI) di RK Ilir Banjarmasin, mengatakan, biasanya ikan yang di pasok lebih dari satu ton, namun sejak tiga bulan terakhir, pasokan turun menjadi hanya 800 kilogram.

"Itupun dengan jenis ikan yang terbatas.Kebanyakan ikan toman," katanya.

Seorang pedagang ikan lainnya, Basuni mengatakan, untuk memenuhi permintaan pasar saat ini ikan haruan sebagian besar di pasok dari Samarinda.

Dalam satu harinya, tambah dia, saat normal kebutuhan ikan haruan mencapai tiga ton ikan. Namun karena mahal, kini permintaan turun hingga 50 persen.

Ikan haruan merupakan jenis ikan favorit warga Kalsel, karena ikan tersebut biasanya dimanfaatkan untuk lauk nasik kuning, ketupat Kandangan dan berbagai makanan khas Banjar lainnya.

Mahalnya ikan haruan, membuat beberapa pedagang makanan harus mencari solusi pengganti ikan ini atau tetap menyediakan ikan haruan dengan harga disesuaikan.

 

Pewarta: Latif Thohir

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019