Di ajang Eagle Awards Documentary Competition (EADC) 2019 dua putra - putri asal Kabupaten Tabalong Abdi Firdaus dan Lyanta Laras berhasil meraih predikat terbaik.

Karyanya berupa film dokumenter tentang perjuangan guru muda Deni Ranoptri di SD Negeri 1 Nawin Hilir, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong mampu mengalahkan karya puluhan peserta EADC 2019 yang dilaksanakan Metro TV.

Sosok Abdi Firdaus sendiri sudah cukup dikenal sebagai karyawan Lembaga Penyiaran Publik Lokal milik Pemerintah Kabupaten Tabalong atau TV Tabalong.

 Salah satu kru studio dan Video Jurnalis (VJ) TV Tabalong sejak 2015 Abdi sebenarnya eksis membuat berbagai video pendek.

Mulai dari program Profesiku di TV Tabalonhg hingga video Parawisata di ajang South Kalimantan Tourism Video Competition (SKTVC) 2017 dan 2018.

Alumni S1 Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta ini bersama tim produksinya meraih penghargaan Jamang Enggang - Warisan Tersembunyi Dayak Deah di SKTVC 2017 dan penghargaan Jamang Naga - Harmony With Nature di SKTVC 2018.

 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)
Berawal dari produksi video pendek Abdi kemudian tertarik membuat film dokumenter. Liputan untuk program Profesiku TV Tabalong putra pasangan Arbain dan Zakiah ini membuat kisah hidup sosok Deni Ranoptri.

Deni, guru SD Negeri 1 Nawin Hilir ini mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena membuat blog materi media pembelajaran SD berbasis teknologi informasi.

"Kisah hidup Deni sangat inspiratif dan memotivasi saya untuk mengikuti kompetisi Eagle Award ," jelas Abdi.

2017 Abdi pun mencoba ikut kompetisi pembuatan film dokumenter di ajang Eagle Award dengan tema Indonesia Cerdas.

Bersama rekannya Noviyar Firdaus proposol film kisah hidup Deni hanya masuk 20 besar dan gugur tahap wawancara online.

 Tahun berikutnya Abdi berniat mengikuti Eagle Award 2018 dengan Tema Menjadi Indonesia. Namun batal karena hanya untuk kategori Master class dan format proposalnya berbeda dengan tahun sebelumnya.

Beruntungnya proposal film kisah hidup Deni yang dibuat Abdi 2017 menarik perhatian panitia EADC 2019 karena cocok dan relevan dengan tema Eagle Award tahun ini yakni Bakti Indonesia.
 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)

"Tak menyangka panitia meminta saya kirim proposal 2017 untuk kompetisi tahun ini," jelas pemuda kelahiran 30 Agustus 1993.

 Abdi pun mengajak Lyanta Laras Putri mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syekh Muhammad Nafis Tabalong menjadi partner tim.

Akhirnya jerih payah Abdi bersama rekannya Lyanta membuahkan hasil setelah proposal filmnya tentang perjuangan sosok guru, meraih predikat terbaik di EADC 2019.

 Abdi pun berhak menerima hadiah S2 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rencananya pemuda yang hobi travelling ini ingin mengambil Jurusan Magister Teknik Informatika karena linear dengan S1 Teknik Informatika.

Untuk pilihan kedua Abdi tertarik menimba ilmu komunikasi untuk memperdalam profesi yang saat ini sedang digelutinya.

Setelah 4 tahun bekerja di TV Tabalong ia merasakan kreatifitasnya bisa terasah.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019