Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa, diprediksi masih melanjutkan pelemahan pada awal pekan.

"Dalam perdagangan hari ini rupiah masih akan melemah karena tekanan dari eksternal masih cukup kuat," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.

Indeks dolar pada awal pekan menguat seiring memudarnya kekhawatiran resesi setelah data penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) periode September 2019 versi resmi yang diumumkan Pemerintah Amerika Serikat sebanyak 136.000 orang, di bawah ekspektasi 145.000 orang.

Namun, tingkat pengangguran untuk periode yang sama tercatat turun ke level 3,5 persen, dari yang sebelumnya 3,7 persen pada bulan Agustus. Tingkat pengangguran AS di level 3,5 persen tersebut merupakan yang terendah dalam 50 tahun terakhir.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi stagnan di Rp14.163

Dari eksternal lainnya, investor tampaknya masih memantau arah pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Dari domestik, cadangan devisa September 2019 turun dari 126,4 miliar dolar AS menjadi 124,3 miliar dolar AS, level terendah sejak bulan Juni 2019. Data tersebut juga memengaruhi pergerakan rupiah.

Ibrahim memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.130 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS.

Pada pukul 9.40, rupiah masih bergerak stagnan atau sama dibanding posisi sebelumnya di level Rp14.163 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah menguat 36 poin menjadi Rp14.137

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019