Saham-saham di Bursa Wall Street turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena laporan tentang perdagangan Amerika Serikat dan China membuat investor berhati-hati menjelang pembicaraan yang dijadwalkan akhir pekan ini.
Sebuah laporan bahwa Beijing semakin enggan untuk menyetujui kesepakatan perdagangan luas yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump membebani sentimen awal.
Tetapi penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow membantu meredakan kecemasan, dengan mengatakan kemungkinan negosiator perdagangan Amerika Serikat dan China dapat membuat kemajuan ketika mereka bertemu di Washington, dan mengatakan Amerika Serikat terbuka untuk melihat proposal apa yang diajukan Beijing.
Saham-saham sempat diperdagangkan lebih tinggi pada sore hari setelah seorang reporter Fox mencuit bahwa Kementerian Perdagangan China mengatakan China siap untuk melakukan kesepakatan dengan Amerika Serikat pada bagian-bagian negosiasi.
Baca juga: Apple dan Microsoft dorong Wall Street lebih tinggi
Wakil perunding perdagangan AS dan China meluncurkan putaran baru perundingan pada Senin (7/10/2019) yang bertujuan menyelesaikan perang dagang 15 bulan kedua negara, sementara Gedung Putih secara resmi mengonfirmasi bahwa perundingan tingkat tinggi, yang melibatkan Wakil Perdana Menteri China Liu He, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan dimulai pada Kamis.
"Pasar berusaha untuk menghasilkan beberapa harapan untuk hasil pembicaraan perdagangan dan mencari tahu di mana dan bagaimana mereka ingin diperhitungkan," kata Manajer Strategi Pedagang TD Ameritrade, Shawn Cruz di Jersey City, New Jersey, AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average menghapus 95,70 poin atau 0,36 persen, menjadi berakhir di 26.478,02 poin. Indeks S&P 500 turun 13,22 poin atau 0,45 persen, menjadi ditutup di 2.938,79 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 26,18 poin atau 0,33 persen, menjadi berakhir di 7.956,29 poin.
Konsesi tarif dari Amerika Serikat dan China bulan lalu telah memicu harapan penyelesaian perselisihan yang berkepanjangan.
Baca juga: Saham Tokyo turun
Kegelisahan atas perang perdagangan dan indikator ekonomi beragam telah diimbangi oleh meningkatnya ekspektasi pemotongan suku bunga ketiga tahun ini oleh Federal Reserve.
"Kami mengalami reli yang cukup baik dari posisi terendah pada Jumat lalu, dan kami semacam kembali ke tengah rentang perdagangan baru-baru ini," kata Rick Meckler, mitra di Cherry Lane Investments, kantor investasi keluarga di New Vernon, New Jersey.
“Investor berusaha menyeimbangkan apa yang tampak seperti ekonomi yang lebih lemah dengan suku bunga rendah. Apa yang bisa mengubahnya bisa menjadi sesuatu yang keluar dari pembicaraan dengan China minggu ini. "
Investor akan segera mengalihkan fokus mereka ke laba (perusahaan) kuartal ketiga, yang dimulai minggu depan dengan pelaporan bank AS, dan banyak berharap untuk melihat kejelasan lebih lanjut tentang dampak perang dagang terhadap perusahaan Amerika.
Analis memperkirakan kinerja laba triwulanan terendah sejak 2016, dengan laba S&P 500 terlihat turun hampir tiga persen dari tahun sebelumnya, berdasarkan data IBES dari Refinitiv.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Sebuah laporan bahwa Beijing semakin enggan untuk menyetujui kesepakatan perdagangan luas yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump membebani sentimen awal.
Tetapi penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow membantu meredakan kecemasan, dengan mengatakan kemungkinan negosiator perdagangan Amerika Serikat dan China dapat membuat kemajuan ketika mereka bertemu di Washington, dan mengatakan Amerika Serikat terbuka untuk melihat proposal apa yang diajukan Beijing.
Saham-saham sempat diperdagangkan lebih tinggi pada sore hari setelah seorang reporter Fox mencuit bahwa Kementerian Perdagangan China mengatakan China siap untuk melakukan kesepakatan dengan Amerika Serikat pada bagian-bagian negosiasi.
Baca juga: Apple dan Microsoft dorong Wall Street lebih tinggi
Wakil perunding perdagangan AS dan China meluncurkan putaran baru perundingan pada Senin (7/10/2019) yang bertujuan menyelesaikan perang dagang 15 bulan kedua negara, sementara Gedung Putih secara resmi mengonfirmasi bahwa perundingan tingkat tinggi, yang melibatkan Wakil Perdana Menteri China Liu He, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan dimulai pada Kamis.
"Pasar berusaha untuk menghasilkan beberapa harapan untuk hasil pembicaraan perdagangan dan mencari tahu di mana dan bagaimana mereka ingin diperhitungkan," kata Manajer Strategi Pedagang TD Ameritrade, Shawn Cruz di Jersey City, New Jersey, AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average menghapus 95,70 poin atau 0,36 persen, menjadi berakhir di 26.478,02 poin. Indeks S&P 500 turun 13,22 poin atau 0,45 persen, menjadi ditutup di 2.938,79 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 26,18 poin atau 0,33 persen, menjadi berakhir di 7.956,29 poin.
Konsesi tarif dari Amerika Serikat dan China bulan lalu telah memicu harapan penyelesaian perselisihan yang berkepanjangan.
Baca juga: Saham Tokyo turun
Kegelisahan atas perang perdagangan dan indikator ekonomi beragam telah diimbangi oleh meningkatnya ekspektasi pemotongan suku bunga ketiga tahun ini oleh Federal Reserve.
"Kami mengalami reli yang cukup baik dari posisi terendah pada Jumat lalu, dan kami semacam kembali ke tengah rentang perdagangan baru-baru ini," kata Rick Meckler, mitra di Cherry Lane Investments, kantor investasi keluarga di New Vernon, New Jersey.
“Investor berusaha menyeimbangkan apa yang tampak seperti ekonomi yang lebih lemah dengan suku bunga rendah. Apa yang bisa mengubahnya bisa menjadi sesuatu yang keluar dari pembicaraan dengan China minggu ini. "
Investor akan segera mengalihkan fokus mereka ke laba (perusahaan) kuartal ketiga, yang dimulai minggu depan dengan pelaporan bank AS, dan banyak berharap untuk melihat kejelasan lebih lanjut tentang dampak perang dagang terhadap perusahaan Amerika.
Analis memperkirakan kinerja laba triwulanan terendah sejak 2016, dengan laba S&P 500 terlihat turun hampir tiga persen dari tahun sebelumnya, berdasarkan data IBES dari Refinitiv.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019