Oleh : Ulul Maskuriah

Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Berdasarkan hasil riset Bank Indonesia, Indonesia merupakan negara yang cukup seksi untuk masuknya investasi luar dalam berbagai sektor terutama untuk industri otomotif.

Kepala Devisi Asisment Ekonomi Regional Departemen Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia Prijono di Banjarmasin, Kamis mengatakan, jumlah penduduk dan wilayah Indonesia yang cukup besar menarik beberapa perusahaan terutama di bidang otomotif untuk mendirikan perusahaan.

Kebijakan masuknya investasi luar tersebut, tambah dia, juga didorong adanya jumlah penduduk Indonesia kelas menengah mengalami peningkatan luar biasa, dan hal tersebut menjadi potensi pasar luar biasa.

"Kenaikan jumlah penduduk kelas menengah tersebut, menjadi peluang menjanjikan bagi industri kelas menengah ke atas, seperti otomotif," katanya.

Definisi kelas menengah adalah orang yang membelanjakan uang minimal 4 dolar AS atau sekitar Rp38.000 dengan kurs Rp9.600 per hari.

Berdasarkan informasi dari beberapa media massa, tahun ini, pengeluaran masyarakat menengah Indonesia sekitar Rp 5 juta per bulan dengan jumlah kelas menengah sekitar 2,5 juta jiwa, dan diprediksi jumlah tersebut akan terus meningkat.

Sedangkan untuk wilayah Kalimantan, antara lain Kalimantan Selatan, tambah Prijono, industri perkebunan dan pertambangan, masih akan menjadi magnet bagi investor asing.

Berbagai industri, seperti CPO, minyak goreng, dan energi alternatif, masih akan terus berkembang di daerah ini.

Kedatangan Prijono ke Banjarmasin bersama tim dalam rangka diskusi tentang perkembangan terkini, tantangan dan prospek ekonomi Indonesia.

Menurut Prijono, saat ini, perekonomian global menghadapi risiko bias ke bawah karena prospek perbaikan ekonomi dunia masih diliputi ketidakpastian. Ekonomi Amerika dan Eropa diperkirakan masih mengalami perlambatan.

"Ekonomi Amerika ke depan diperkirakan masih melambat terkonfirmasi dari tertekannya konsumsi rumah tangga dan tercermin dari turunnya penjualan eceran dan keyakinan konsumen," katanya.

Begitu juga dengan ekonomi Eropa, secara umum terus memburuk, konsumsi rumah tangga tertekan sejalan meningkatnya angka pengangguran akibat implementasi program austerity.

Berbeda dengan Jepang, yang kini ekonominya mengalami perbaikan tercermin dari indikator konsumsi dan produksi, sedangkan Cina mengalami perlambatan pada triwulan I 2013.

Kondisi ekonomi beberapa negara tersebut, kata sangat berpengaruh dengan ekonomi nasional, terutama untuk keperluan ekspor, baik itu tambang maupun industri manufaktur lainnya.

"Kapan ini akan berakhir, tentu kita tidak bisa untuk mengindikasikannya," katanya.

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013