Dinas Kebudayaan Kutai Timur bekerja sama dengan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan seminar bertajuk Pelestarian Budaya Alat Musik Sapeq yang digelar di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, Kamis.
Kegiatan itu diihadiri oleh Wabup Kutai Timur Kasmidi Bulang, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Ditjen Kebudayaan Nadjamuddin Ramly, dan Kepala Disbud Kutai Timur Yusuf Samuel.
Menurut Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Nadjamuddin, alat musik Sapeq merupakan harta benda yang termasuk 819 budaya harta benda budaya, yang sudah ditetapkan sebagai karya harta benda budaya Nasional.
Alat musik tradisional ini harus terus dilestarikan dan menjadi bagian dari kekayaan budaya nasional, katanya.
Sapeq merupakan alat musik petik khas Suku Dayak Bahau yang terbuat dari kayu plantang yang diukir. Disebut juga dengan Sape atau Sampe, yang dalam bahasa lokal Dayak, dapat diartikan ‘memetik dengan jari’.
Baca juga: Pesona alat musik Sape Kalimantan pukau penonton Ekuador
Alat ini mempunyai ciri khas bentuknya yang ramping, bertangkai kecil, mempunyai dua senar atau tali dari bahan plastik, sepanjang satu meter. Cara memainkannya dengan memetik senar menggunakan jari-jari kedua
Selain sebagai alat hiburan, alat musik ini diperlukan dalam pelaksanaan upacara-upacara adat.
Menurut Nadjamuddin, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahkan mencatat ada 12.000 karya harta benda, dan pada 2019 akan ada sekitar 200 hingga 250 yang akan ditetapkan berupa surat keputusan oleh Kemdikbud.
Ia mengungkap, ada lima warisan budaya dunia di Indonesia yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Manusia Purba di Sangiran, Sistem Subak yakni sistem pengelolaan air di Bali, dan sistem pertambangan batu bara jaman kolonial Belanda di Sawah Lunto.
Baca juga: Apam Barabai dan Batandik pukau para Duta Besar
Terkait warisan budaya di Kutim, ia mengetahuie kberadaan Goa Karts di Sangkulirang dapat menjadi salah-satu warisan budaya dunia baru.
"Goa Karst di Kutim dapat jadi warisan budaya dunia ke-6 dari Indonesia yaitu asal ada pendanaan dan perhatian dari Pemkab Kutim untuk dikelola dengan baik dan cantik agar makin menarik minat wisatawan lokal dan asing," paparnya.
Sementara itu, Wabup Kasmidi menyambut baik gelaran kegiatan ini dan pihaknya mendukung alat musik sampe menjadi warisan budaya tak benda.
"Pemerintahan terus berkomitmen melestarikan, mensosialisasikan, memperkenalkan dan membangun warisan budaya tak benda tak hanya alat musik sampe. Kutim juga punya Lom Plai Muara Wahau, Pelas Tanah Sangatta Utara, hingga Pesta Laut di Muara Bengalon,” pungkasnya.
Baca juga: Esa Olai meriahkan festival tari daerah se-Kalsel
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019