Sebagai orang tua tunggal yang hidup dengan ekonomi pas-pasan, Melinda (24), harus berjuang untuk kesembuhan anaknya Ilham Ansyari yang sempat divonis dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin, Kalimantan Selatan mengalami gizi buruk dan membutuhkan biaya pengobatan hingga Rp2 juta per bulan.
Ditemui ANTARA, Selasa siang di rumahnya Jalan Jahri Saleh Gang 1 Rindang RT 20, Nomor 190, Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, kondisi Ilham memang terlihat ceria tidak seperti layaknya anak penderita gizi buruk. Berat badannya 6,3 kilogram, untuk balita usia 6 bulan cukup normal dan mungkin hanya kurang sedikit dari berat badan ideal balita seusianya kisaran 8 kilogram.
Namun apa yang terlihat ternyata tidak sebaik dipandang mata. Rasa khawatir akan kondisi anak selalu membayangi Melinda, sang ibu. Apalagi biaya pengobatan sangat menguras kantong, bagi dia yang tak punya materi berlebih.
Meski terus membaik, Ilham memang harus terus kontrol secara rutin ke dokter. Bermacam penyakit telah menggerogoti tubuhnya ketika didiagnosa gizi buruk pada usia 2 bulan seperti pneumonia yaitu penyakit infeksi pada paru serta hipertiroid atau masalah tulang belakang akibat penurunan berat badan yang disebabkan kelenjar tiroid terlalu aktif sehingga memproduksi hormon tiroid secara berlebihan.
Baca juga: Polisi bekuk pelaku penganiayaan anak gizi buruk
"Otaknya kurang normal dari ukuran dan perkembangan ketika di CT scan. Cairan dari paru-paru yang infeksi juga harus disedot. Jadi kami harus terus konsultasi ke dokter untuk memantau perkembangannya," ucap Melinda, mengungkapkan kondisi buah hatinya itu.
Dari serangkaian pengobatan dan konsultasi rutin ke dokter tersebut, setidaknya Rp2 juta mesti disiapkan Melinda setiap bulannya. Jangankan untuk berobat sang anak, buat biaya hidup sehari-hari pun sudah susah.
Sebelumnya Melinda punya fasilitas BPJS Kesehatan yang iurannya dibayar secara mandiri. Namun lantaran menunggak dan tak mampu lagi membayar, maka sekarang kartu BPJS Kesehatannya tidak aktif lagi.
Melinda yang tinggal bersama ibunya yang juga sedang sakit-sakitan dan adik duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), kini hanya mengandalkan bantuan pinjaman dari sanak keluarga untuk berobat anak.
Dia mengaku telah mengajukan Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada Dinas Sosial yang kini masih proses. Bahkan petugas Dinas Sosial juga sudah pernah bertandang ke rumahnya, namun hingga kini belum ada tindak lanjutnya.
Baca juga: IDI mengungkap penyebab gizi buruk di perkotaan
Tak hanya KIS, Melinda juga berharap permohonan untuk mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH) juga bisa disetujui.
"Harapan kami bisa dibantu karena saya tidak bisa bekerja lagi untuk fokus mengurus anak yang kondisinya masih mengkhawatirkan. Untuk biaya hidup, saya menjual barang-barang di rumah yang kiranya masih berharga untuk dijual," tutur wanita lulusan (berijazah) Paket C pada tahun 2015 itu.
Ilham Ansyari yang lahir di Banjarmasin 10 Januari 2019 awalnya terlahir normal. Ketika memasuki usia 2 bulan, berat badannya yang hanya 3,1 kilogram mulai menurun kondisi kesehatannya dan dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Baca juga: HSU Sukses Tekan Angka Gizi Buruk
"Saat masuk IGD kala itu, Ilham mengalami dehidrasi berat dan BAB akut akibat gangguan pencernaan hingga dinyatakan dokter gizi buruk," beber Melinda, menceritakan awal mula anaknya sakit.
Setelah rawat inap selama kurang lebih satu bulan, kondisi Ilham tak kunjung membaik. Bahkan berat badannya menyusut menjadi hanya 2,7 kilogram.
Alhasil, dokter pun menyarankan untuk rawat jalan dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya ditengarai Ilham justru tidak cocok dengan kondisi lingkungan di rumah sakit yang harus berkumpul dengan pasien anak-anak lainnya.
Saran dokter nampaknya tepat. Kondisi Ilham berangsur pulih hingga sekarang dengan ditandai berat badannya yang terus bertambah.
"Sekarang yang wajib dijaga konsumsi susunya harus pas takarannya. Alhamdulilah anaknya ceria dan mudah-mudahan penyakitnya juga bisa sembuh total," ukata Melinda penuh harap.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Ditemui ANTARA, Selasa siang di rumahnya Jalan Jahri Saleh Gang 1 Rindang RT 20, Nomor 190, Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, kondisi Ilham memang terlihat ceria tidak seperti layaknya anak penderita gizi buruk. Berat badannya 6,3 kilogram, untuk balita usia 6 bulan cukup normal dan mungkin hanya kurang sedikit dari berat badan ideal balita seusianya kisaran 8 kilogram.
Namun apa yang terlihat ternyata tidak sebaik dipandang mata. Rasa khawatir akan kondisi anak selalu membayangi Melinda, sang ibu. Apalagi biaya pengobatan sangat menguras kantong, bagi dia yang tak punya materi berlebih.
Meski terus membaik, Ilham memang harus terus kontrol secara rutin ke dokter. Bermacam penyakit telah menggerogoti tubuhnya ketika didiagnosa gizi buruk pada usia 2 bulan seperti pneumonia yaitu penyakit infeksi pada paru serta hipertiroid atau masalah tulang belakang akibat penurunan berat badan yang disebabkan kelenjar tiroid terlalu aktif sehingga memproduksi hormon tiroid secara berlebihan.
Baca juga: Polisi bekuk pelaku penganiayaan anak gizi buruk
"Otaknya kurang normal dari ukuran dan perkembangan ketika di CT scan. Cairan dari paru-paru yang infeksi juga harus disedot. Jadi kami harus terus konsultasi ke dokter untuk memantau perkembangannya," ucap Melinda, mengungkapkan kondisi buah hatinya itu.
Dari serangkaian pengobatan dan konsultasi rutin ke dokter tersebut, setidaknya Rp2 juta mesti disiapkan Melinda setiap bulannya. Jangankan untuk berobat sang anak, buat biaya hidup sehari-hari pun sudah susah.
Sebelumnya Melinda punya fasilitas BPJS Kesehatan yang iurannya dibayar secara mandiri. Namun lantaran menunggak dan tak mampu lagi membayar, maka sekarang kartu BPJS Kesehatannya tidak aktif lagi.
Melinda yang tinggal bersama ibunya yang juga sedang sakit-sakitan dan adik duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), kini hanya mengandalkan bantuan pinjaman dari sanak keluarga untuk berobat anak.
Dia mengaku telah mengajukan Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada Dinas Sosial yang kini masih proses. Bahkan petugas Dinas Sosial juga sudah pernah bertandang ke rumahnya, namun hingga kini belum ada tindak lanjutnya.
Baca juga: IDI mengungkap penyebab gizi buruk di perkotaan
Tak hanya KIS, Melinda juga berharap permohonan untuk mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH) juga bisa disetujui.
"Harapan kami bisa dibantu karena saya tidak bisa bekerja lagi untuk fokus mengurus anak yang kondisinya masih mengkhawatirkan. Untuk biaya hidup, saya menjual barang-barang di rumah yang kiranya masih berharga untuk dijual," tutur wanita lulusan (berijazah) Paket C pada tahun 2015 itu.
Ilham Ansyari yang lahir di Banjarmasin 10 Januari 2019 awalnya terlahir normal. Ketika memasuki usia 2 bulan, berat badannya yang hanya 3,1 kilogram mulai menurun kondisi kesehatannya dan dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Baca juga: HSU Sukses Tekan Angka Gizi Buruk
"Saat masuk IGD kala itu, Ilham mengalami dehidrasi berat dan BAB akut akibat gangguan pencernaan hingga dinyatakan dokter gizi buruk," beber Melinda, menceritakan awal mula anaknya sakit.
Setelah rawat inap selama kurang lebih satu bulan, kondisi Ilham tak kunjung membaik. Bahkan berat badannya menyusut menjadi hanya 2,7 kilogram.
Alhasil, dokter pun menyarankan untuk rawat jalan dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya ditengarai Ilham justru tidak cocok dengan kondisi lingkungan di rumah sakit yang harus berkumpul dengan pasien anak-anak lainnya.
Saran dokter nampaknya tepat. Kondisi Ilham berangsur pulih hingga sekarang dengan ditandai berat badannya yang terus bertambah.
"Sekarang yang wajib dijaga konsumsi susunya harus pas takarannya. Alhamdulilah anaknya ceria dan mudah-mudahan penyakitnya juga bisa sembuh total," ukata Melinda penuh harap.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019