Para pemain tim nasional Kenya dilanda perasaan inferioritas ketika dibekuk Aljazair dengan skor 0-2 dalam laga pertama Grup C Piala Afrika 2019, demikian kata sang pelatih Sebastien Migne.
Bahkan, Migne mengaku tak mengenal timnya sendiri di awal-awal laga yang berlangsung di Stadion 30 Juni, Kairo, Mesir, Senin pagi WIB itu.
"Kami ketakutan dan karenanya tidak menampilkan permainan terbaik," katanya dalam komentar purnalaga dilansir AFP.
"Saya tidak keberatan menelan kekalahan, tapi bukan dengan cara seperti ini. Saya bahkan tak mengenal tim saya di awal-awal laga," ujar Migne menambahkan.
Inferioritas Kenya terlihat jelas dalam statistik pertandingan yang memperlihatkan mereka tak sekalipun berhasil melepaskan tembakan tepat sasaran dari empat percobaan sepanjang laga.
Padahal, dari segi penguasaan bola kepemilikan 43 persen berbanding 56 persen bukanlah hal yang terlalu mencolok dan seharusnya bisa dimanfaatkan lebih baik lagi.
Akibatnya, Aljazair yang sebetulnya tampil tidak terlalu superior berhasil menang berkat eksekusi penalti Baghdad Bounedjah dan gol Riyad Mahrez.
Baca juga: Aljazair menang meyakinkan 2-0 kontra Kenya
Migne menegaskan timnya harus membuang jauh-jauh rasa takut dan inferioritas terhadap lawan-lawannya jika ingin membukukan hasil yang baik di Piala Afrika.
"Jika Anda dilanda ketakutan, sulit untuk memperlihatkan eksistensi di turnamen semacam ini," katanya.
Selama 32 edisi turnamen dwitahunan Piala Afrika, Kenya memang baru enam kali tampil di putaran final dan lima penampilan sebelumnya tak pernah mengantarkan Laskar Harambee Stars melewati babak penyisihan grup.
Kenya selanjutnya akan menghadapi sesama tim nonunggulan, Tanzania, yang baru kembali ke putaran final Piala Afrika setelah 39 tahun dalam laga kedua di Stadion 30 Juni, Jumat (28/6) WIB.
Baca juga: Kamerun harus tunjukkan pantas sandang status favorit
Baca juga: Senegal atasi Tanzania 2-0 meski tanpa Mane
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Bahkan, Migne mengaku tak mengenal timnya sendiri di awal-awal laga yang berlangsung di Stadion 30 Juni, Kairo, Mesir, Senin pagi WIB itu.
"Kami ketakutan dan karenanya tidak menampilkan permainan terbaik," katanya dalam komentar purnalaga dilansir AFP.
"Saya tidak keberatan menelan kekalahan, tapi bukan dengan cara seperti ini. Saya bahkan tak mengenal tim saya di awal-awal laga," ujar Migne menambahkan.
Inferioritas Kenya terlihat jelas dalam statistik pertandingan yang memperlihatkan mereka tak sekalipun berhasil melepaskan tembakan tepat sasaran dari empat percobaan sepanjang laga.
Padahal, dari segi penguasaan bola kepemilikan 43 persen berbanding 56 persen bukanlah hal yang terlalu mencolok dan seharusnya bisa dimanfaatkan lebih baik lagi.
Akibatnya, Aljazair yang sebetulnya tampil tidak terlalu superior berhasil menang berkat eksekusi penalti Baghdad Bounedjah dan gol Riyad Mahrez.
Baca juga: Aljazair menang meyakinkan 2-0 kontra Kenya
Migne menegaskan timnya harus membuang jauh-jauh rasa takut dan inferioritas terhadap lawan-lawannya jika ingin membukukan hasil yang baik di Piala Afrika.
"Jika Anda dilanda ketakutan, sulit untuk memperlihatkan eksistensi di turnamen semacam ini," katanya.
Selama 32 edisi turnamen dwitahunan Piala Afrika, Kenya memang baru enam kali tampil di putaran final dan lima penampilan sebelumnya tak pernah mengantarkan Laskar Harambee Stars melewati babak penyisihan grup.
Kenya selanjutnya akan menghadapi sesama tim nonunggulan, Tanzania, yang baru kembali ke putaran final Piala Afrika setelah 39 tahun dalam laga kedua di Stadion 30 Juni, Jumat (28/6) WIB.
Baca juga: Kamerun harus tunjukkan pantas sandang status favorit
Baca juga: Senegal atasi Tanzania 2-0 meski tanpa Mane
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019