Persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi memberikan berkah tersendiri terutama bagi para pedagang kopi keliling yang bisa mendapat keuntungan melimpah.

Sundari (37) dan Warsito (45) sebagai contohnya, mereka mampu mendapat keuntungan berkali lipat dengan berdagang kopi keliling di sekitaran Gedung MK, apalagi saat ada aksi massa.

Pada Selasa (18/6) mereka mampu mengantongi uang hingga Rp1,5 juta rupiah. Jumlah yang bagi mereka begitu langka untuk bisa mendapatkannya dalam waktu satu hari.

Sementara untuk Rabu ini, meski tidak ada aksi massa namun dagangannya masih laku diburu oleh aparat kepolisian, TNI, hingga wartawan yang ada di sekitar Gedung MK.

"Biasanya kalau ga ada acara paling Rp300 ribu sampe Rp500 ribu. Itu pun harus dari lagi sampe tengah malam. Sekarang ya Alhamdulillah," ujar Sundari yang merupakan warga pendatang dari Pemalang ini.

Sejak dua hari ini, ia sudah berjualan di sekitar Gedung MK sejak pukul 07.00 WIB. Biasanya dagangan mereka langsung menjadi buruan para petugas keamanan untuk Ngopi pagi.

Begitu pula dengan Warsito yang berjualan di areal taman luar Gedung MK. Awalnya ia berjualan dengan cara berkeliling, namun karena banyak yang memesan kopi, Warsito memilih menjajakan jualannya di pojokan area taman.

Pojokan area taman itu menjadi ladang berkah baginya, terlebih tempat tersebut menjadi "Basecamp" anggota kepolisian yang berjaga di luar Gedung MK ketika beristirahat.

"Kalau ga ada acara kayak gini biasa jualan di sekitar Monas. Tapi kalau ada demo, itu jadi ladang keuntungan, banyak yang beli soalnya," katanya.

Meski begitu, Sundari dan Waskito tidak ingin memanfaatkan momen ini dengan menaikan harga jual kopi. Dari satu bungkus kopi panas, mereka menjual dengan harga Rp3.000-5.000 pergelas, sementara kopi dingin dijual Rp5.000-7.000 pergelas.

Sundari dan Waskito merupakan dua dari belasan pedagang kopi keliling yang menjajakan dagangannya di sekitar Patung Kuda hingga Gedung MK.

Di tiap tempat di Jalan Medan Merdeka Barat terutama yang menjadi lokasi para personel kepolisian dan tentara berjaga, pasti terdapat satu hingga dua orang pedagang kopi.

"Kalau dengan aparat enak, mereka kadang suka memberikan uang kembalian," ujar Deni, pedagang kopi keliling di sekitar Tugu Patung Kuda.

Ia mengaku mendapatkan info-info keramaian dari berita-berita maupun media sosial. Di tiap ada keramaian, Deni jarang absen menjajakan dagangannya.

Ponsel pintar miliknya kini bukan hanya menjadi alat komunikasi pelepas Rindu dengan keluarganya di Tasikmalaya, Jawa Barat, namun telah menjadi salah satu sahabat terbaiknya untuk menghidupi ia dan keluarganya.

"Kalau ga ada HP mah ngandelin dari pedagang lainnya, tuh ada demo di sana. Tapi sekarang saya mantau lewat Hp, oh di sini ada acara pasti rame, saya langsung ke sana," kata dia.



 

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019