Sebanyak 120 pelajar asal Malaysia mempelajari syair dan seni kebudayaan Melayu di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, yang diselenggarakan Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanjungpinang, Surjadi, di Tanjungpinang, Minggu, mengatakan, kegiatan tersebut berupa pelatihan, yang dilaksanakan selama tiga hari.
"Salah satu syair yang dipelajari yakni Gurindam 12. Syair tentang kebaikan dalam kehidupan ini menarik perhatian bagi para pelajar," katanya.
Surjadi mengemukakan pelajar yang dinilai berprestasi dalam pelatihan tersebut kemudian tampil dalam pertunjukan yang diselenggarakan oleh mereka.
Ia menjelaskan dalam kegiatan itu Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat hanya memfasilitasinya.
"Kami menyelenggarakan pelatihan, kemudian para pelajar melakukan pergelaran dan perlombaan atas biaya sendiri," katanya.
Kegiatan perdana yang diselenggarakan di Tanjungpinang itu menarik perhatian pelajar karena ada kesamaan kebudayaan dan seni antara Melayu asal Kepri dengan Malaysia.
Fakta sejarah itu, kata dia, menunjukkan bahwa kebudayaan Melayu diwariskan dari Kerajaan Riau-Lingga-Pahang di Pulau Penyengat.
Karena itu, kata dia, para pelajar asal Malaysia diajak berkunjung ke Pulau Penyengat yang kaya akan sejarah Melayu. Sebagian dari mereka belum pernah mengunjungi Pulau Penyengat.
Di Pulau Penyengat, mereka juga tertarik dengan Masjid Raya Sultan Riau berwarna kuning.
"Ini masjid bersejarah yang menarik perhatian para pelajar," katanya.
Surjadi mengatakan kegiatan ini direncanakan dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Badan Bahasa dan Balai Pelestarian Nilai Budaya.
"Kami ingin kekayaan budaya melayu di Tanjungpinang dikenal masyarakat dunia. Kegiatan ini pula meningkatkan kunjungan wisman," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanjungpinang, Surjadi, di Tanjungpinang, Minggu, mengatakan, kegiatan tersebut berupa pelatihan, yang dilaksanakan selama tiga hari.
"Salah satu syair yang dipelajari yakni Gurindam 12. Syair tentang kebaikan dalam kehidupan ini menarik perhatian bagi para pelajar," katanya.
Surjadi mengemukakan pelajar yang dinilai berprestasi dalam pelatihan tersebut kemudian tampil dalam pertunjukan yang diselenggarakan oleh mereka.
Ia menjelaskan dalam kegiatan itu Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat hanya memfasilitasinya.
"Kami menyelenggarakan pelatihan, kemudian para pelajar melakukan pergelaran dan perlombaan atas biaya sendiri," katanya.
Kegiatan perdana yang diselenggarakan di Tanjungpinang itu menarik perhatian pelajar karena ada kesamaan kebudayaan dan seni antara Melayu asal Kepri dengan Malaysia.
Fakta sejarah itu, kata dia, menunjukkan bahwa kebudayaan Melayu diwariskan dari Kerajaan Riau-Lingga-Pahang di Pulau Penyengat.
Karena itu, kata dia, para pelajar asal Malaysia diajak berkunjung ke Pulau Penyengat yang kaya akan sejarah Melayu. Sebagian dari mereka belum pernah mengunjungi Pulau Penyengat.
Di Pulau Penyengat, mereka juga tertarik dengan Masjid Raya Sultan Riau berwarna kuning.
"Ini masjid bersejarah yang menarik perhatian para pelajar," katanya.
Surjadi mengatakan kegiatan ini direncanakan dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Badan Bahasa dan Balai Pelestarian Nilai Budaya.
"Kami ingin kekayaan budaya melayu di Tanjungpinang dikenal masyarakat dunia. Kegiatan ini pula meningkatkan kunjungan wisman," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019