Seperti lagu anak-anak yang sering terdengar pada era 90-an, Idul Fitri seringkali identik dengan baju-baju baru yang dibeli khusus untuk merayakan hari raya itu setelah sebulan berpuasa.

Anda bisa mencoba cara lain untuk memperbarui isi lemari tanpa harus merogoh kantong lebih dalam sekaligus mengurangi sampah dari limbah tekstil, yaitu tukar baju.

Kampanye tukar baju itu diluncurkan komunitas Zero Waste Indonesia sebagai solusi mengatasi potensi peningkatan limbah tekstil dari perkembangan mode yang pesat di Indonesia.

Dimulai dari aktivitas Tukar Baju di Jakarta, kampanye itu juga berlangsung di Yogyakarta pada Mei.

Kepala Hubungan Masyarakat dan Manajer Proyek Zero Waste Indonesia Amanda Zahra Marsono mengatakan rencananya kampanye tersebut juga akan berlanjut ke Bali, Surabaya, dan Bandung sepanjang 2019.

Kepada ANTARA beberapa waktu lalu, Amanda mengatakan kampanye tukar baju diluncurkan guna membantu mengurangi sampah industri fesyen dan limbah tekstil, khususnya di Indonesia yang masih mencapai perkembangan pesat.

Amanda mengatakan tingkat emisi karbon dioksida pada industri fesyen Tanah Air mencapai 10 persen, dibandingkan polusi dari industri penerbangan, yakni dua persen.

"Bukan berarti ketika tukar baju, lantas baju tidak berakhir di tempat sampah. Tapi setidaknya, kita bisa memperpanjang usia baju," ujar Amanda.



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Siapa yang setiap pagi buka lemari terus bilangnya “i have nothing to wear” ya????? padahal baju di lemari banyak jumlahnya. Tahu nggak, kalau perasaan seperti itu muncul karena baju-bajumu mungkin sudah tidak lagi “sparks joy” untukmu, sehingga kamu sudah tidak excited lagi untuk menggunakannya. . Untuk membuatmu kembali excited saat membuka lemari, coba deh keluarkan baju-bajumu dan pilah. Sisakan baju-baju yang masih “sparks joy” untukmu di lemari untuk digunakan sehari-hari. Sisanya, bisa banget kamu kumpulkan untuk ditukar di #TukarBaju weekend nanti. ???? . Untuk membantu kamu memilah baju mana yang bisa kamu tukarkan, kita bantu buatkan checklistnya ya: ????Baju yang ukurannya sudah tidak pas/tidak nyaman saat dipakai ????Baju yang hanya kamu gunakan 1x dan tidak kamu gunakan lagi karena beberapa alasan dalam waktu yang lama ????Baju duplikasi alias model/warnanya sama dengan beberapa baju yang ada di lemarimu ????Baju yang kamu sesalkan sesaat setelah membelinya . Karena dalam #TukarBaju kamu hanya boleh membawa maksimal 5 baju. Jadi kalau ternyata setelah memilah bajumu dan kamu punya banyak sekali baju yang tidak mau kamu gunakan lagi, maka donasikan sisanya di drop box donasi @antologi_space dari tanggal 12-17 Mei 2019 saja . Donasi baju ini akan digunakan sebagai stok display pada aktifitas #TukarBaju di tanggal 19 Mei 2019 nanti. . Yuk cek baju apa saja yang bisa kamu donasi dan tukarkan, geser gambar ke kiri yaaa! . #datangpilihtukar #fashionableaffordablesustainable #tukarbajugakperlubelibaru

A post shared by #TukarBaju (@tukarbaju_) on



Orang-orang yang berpartisipasi dalam kampanye tukar baju tersebut bisa saling menukar baju, dengan catatan membawa juga pakaian yang bersih, layak pakai, tidak lusuh dan tidak ketinggalan zaman.

"Antusiasme (saat kampanye di Jakarta) tinggi sekali. Banyak yang minta diadakan lagi, banyak yang berharap di tiap kota ada," ujarnya sembari menambahkan berbagai faktor kendala, seperti tempat, logistik, hingga sumber daya alam untuk memenuhi semua permintaan itu.

Dalam aktivitas Tukar Baju, selain baju yang dibawa sendiri oleh pengunjung, komunitas Zero Waste sudah menyiapkan sejumlah stok baju-baju bekas layak pakai yang sudah disusun rapi seperti di toko. Baju-baju yang sudah dikurasi tersebut didapatkan dari kemitraan dengan organisasi dan komunitas lain.

Jika tidak ada aral melintang, Zero Waste Indonesia juga ingin membuat toko fisik untuk Tukar Baju.

Kampanye itu juga diterapkan menjelang Lebaran, ketika orang-orang berbondong-bondong berbelanja atau menjahit busana baru untuk merayakan Idul Fitri.

"Coba saja tukar baju lebaran dengan orang terdekat yang ukuran tubuhnya mirip, misalnya dengan sepupu," ujar Amanda.
 

Pewarta: Nanien Yuniar

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019