Banjarbaru,(Antaranews Kalsel) - Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan ekspor dan impor Provinsi Kalimantan Selatan pada Desember 2017 mengalami kenaikkan signifikan jika dibanding bulan sebelumnya.
"Nilai ekspor melalui pelabuhan di Kalsel pada Desember naik 14,76 persen dan nilai impor naik 2,24 persen," ucap Kepala BPS Kalsel Diah Utami di Banjarbaru, Jumat.
Ia mengatakan, nilai ekspor Kalsel bulan Desember 2017 mencapai 783,17 juta dolar AS atau naik jika dibandingkan ekspor November yang tercatat sebesar 682,43 juta dolar AS.
Komoditi utama penyumbang ekspor terbesar yakni kelompok bahan bakar mineral dengan nilai 634,21 juta dolar AS, disusul kelompok lemak dan minyak hewani sebesar 133,13 juta dolar AS.
Kelompok kayu dan barang dari kayu dengan nilai ekspor 8,67 juta dolar AS turun sebesar 3,46 persen dibandingkan bulan November yang mencapai angka 8,98 juta dolar AS.
"Negara utama tujuan ekspor yakni Tiongkok dengan nilai 269,10 juta dolar AS, India sebesar 188,51 juta dolar AS dan Jepang dengan nilai sebesar 89,33 juta dolar AS," ungkapnya.
Sementara, nilai impor Desember sebesar 168,23 juta dolar AS atau naik 2,24 persen dibanding impor November sebesar 164,55 juta dolar AS naik 106,51 persen dibanding Desember 2016.
Komoditi utama impor berasal dari kelompok bahan bakar mineral disusul kelompok mesin-mesin/pesawat mekanik dan kelompok kapal laut serta kelompok mesin/peralatan.
"Negara utama penyumbang impor yakni Singapura dengan nilai 80,61 juta dolar AS, Malaysia dengan nilai 64,85 juta dolar AS dan Korea Selatan mencapai 10,90 juta dolar AS," ujarnya.
Dikatakan, neraca perdagangan Kalsel tetap menunjukkan nilai positif sehingga bulan Desember surplus sebesar 614,94 juta dolar AS jauh lebih tinggi dibanding November sebesar 517,88 juta dolar AS.
"Kumulatif selama Januari-Desember 2017 terjadi surplus 6,500 miliar dolar AS yang lebih besar dibanding surplus bulan Januari-Desember 2016 sebesar 4,763 miliar dolar AS," katanya.
Nilai Ekspor-Impor Desember Naik
Sabtu, 3 Februari 2018 8:25 WIB
Negara utama penyumbang impor yakni Singapura dengan nilai 80,61 juta dolar AS, Malaysia dengan nilai 64,85 juta dolar AS dan Korea Selatan mencapai 10,90 juta dolar AS