Berdiri santai dan menolehkan muka langsung menghadap kamera, Ndakaza dan Ndeze tampil untuk portret diri sendiri laksana profesional, padahal keduanya adalah gorila.
Gambar tersebut, yang memperlihatkan kedua gorila "yatim-piatu" berpose seperti manusia layaknya, diambil di Taman Nasional Virunga, Republik Demokratik Kongo (DRC). Gambar itu telah beredar luas sejak diterbitkan di laman Facebook dan Instagram taman nasional itu pekan ini.
Mathieu Shamavi, petugas keamanan Virunga dan perawat di Pusat bagi Gorillya Gunung Yatim-Piatu Senkwekwe di taman tersebut, mengatakan ia sedang berjalan ke luar bersama Ndakazi dan Ndeze ketika ia melihat kesempatan untuk mengambil gambar.
"Kami membiarkan mereka bebas sehingga mereka merasa nyaman. Mereka sangat berminat pada apa yang terjadi. Mereka berdiri, Dan ketika mereka berdiri, saya mengambil telepon saya sebab saya tak ingin kehilangan kesempatan untuk mengambil gambar karena itu luar biasa," kata Shamavu di dalam satu wawancara, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.
"Ketika mereka melihat saya mengambil telepon saya, mereka menghentikan apa yang mereka kerjakan, memandang ke kamera dan mengawasi," katanya.
Ndakazi dan Ndeze dirawat oleh pengurus di Senkwekwe Center setelah diselamatkan pada 2007, ketika mereka masih bayi.
Taman itu, yang berada di tengah gunung berapi Afrika Tengah, adalah habitat bagi lebih dari separuh dari seluruh populasi gorila gunung, spesies yang terancam punah karena menghadapi ancaman dari pemburu gelap dan kelompok bersenjata.
"Anda lihat mereka bisa berjalan sejauh satu atau dua meter dengan kedua kaki tapi hewan ini juga terbiasa (dengan manusia), mereka suka meniru dan melakukan apa yang dikerjakan manusia," kata Shamavu.
"Kami selalu bersama, kami memberi mereka makan, kami berjalan bersama mereka, kami menemani mereka di lingkungan alamiah mereka. Kami bertugas menjadi keamanan mereka. Ini sebabnya mengapa gorila ini terbiasa dengan kami, penjaga mereka dan tak seorang pun, tidak juga wartawan, tidak juga pelancong, bisa mengambil gambar ini," katanya.
Taman tersebut ditutup tahun lalu, setelah beberapa pria bersenjata menculik pelancong dan membunuh seorang penjaga yang berusaha mempertahankan mereka. Taman itu dibuka kembali pada Februari tahun ini, tapi kurang dari sebulan kemudian, anggota milisi membunuh seorang penjaga di sana.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Gambar tersebut, yang memperlihatkan kedua gorila "yatim-piatu" berpose seperti manusia layaknya, diambil di Taman Nasional Virunga, Republik Demokratik Kongo (DRC). Gambar itu telah beredar luas sejak diterbitkan di laman Facebook dan Instagram taman nasional itu pekan ini.
Mathieu Shamavi, petugas keamanan Virunga dan perawat di Pusat bagi Gorillya Gunung Yatim-Piatu Senkwekwe di taman tersebut, mengatakan ia sedang berjalan ke luar bersama Ndakazi dan Ndeze ketika ia melihat kesempatan untuk mengambil gambar.
"Kami membiarkan mereka bebas sehingga mereka merasa nyaman. Mereka sangat berminat pada apa yang terjadi. Mereka berdiri, Dan ketika mereka berdiri, saya mengambil telepon saya sebab saya tak ingin kehilangan kesempatan untuk mengambil gambar karena itu luar biasa," kata Shamavu di dalam satu wawancara, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.
"Ketika mereka melihat saya mengambil telepon saya, mereka menghentikan apa yang mereka kerjakan, memandang ke kamera dan mengawasi," katanya.
Ndakazi dan Ndeze dirawat oleh pengurus di Senkwekwe Center setelah diselamatkan pada 2007, ketika mereka masih bayi.
Taman itu, yang berada di tengah gunung berapi Afrika Tengah, adalah habitat bagi lebih dari separuh dari seluruh populasi gorila gunung, spesies yang terancam punah karena menghadapi ancaman dari pemburu gelap dan kelompok bersenjata.
"Anda lihat mereka bisa berjalan sejauh satu atau dua meter dengan kedua kaki tapi hewan ini juga terbiasa (dengan manusia), mereka suka meniru dan melakukan apa yang dikerjakan manusia," kata Shamavu.
"Kami selalu bersama, kami memberi mereka makan, kami berjalan bersama mereka, kami menemani mereka di lingkungan alamiah mereka. Kami bertugas menjadi keamanan mereka. Ini sebabnya mengapa gorila ini terbiasa dengan kami, penjaga mereka dan tak seorang pun, tidak juga wartawan, tidak juga pelancong, bisa mengambil gambar ini," katanya.
Taman tersebut ditutup tahun lalu, setelah beberapa pria bersenjata menculik pelancong dan membunuh seorang penjaga yang berusaha mempertahankan mereka. Taman itu dibuka kembali pada Februari tahun ini, tapi kurang dari sebulan kemudian, anggota milisi membunuh seorang penjaga di sana.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019