PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) meluncurkan Program Insentif Untuk Karet Rakyat berupa pemberian subsidi harga bahan olah karet rakyat atau Bokar, sebagai upaya mendongkrak harga karet ditingkat petani.
Direktur Utama PTPN V Jatmiko K Santosa dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Pekanbaru, Selasa, mengatakan Program Insentif Untuk Karet Rakyat saat ini telah diterapkan secara khusus dan terbatas untuk menstabilkan harga karet di pasar yang telah dilakukan di dua wilayah unit kerja PTPN V, Bukit Selasih dan Sei Lindai, Provinsi Riau.
"Sebagai wujud BUMN Hadir Untuk Negeri, Program Insentif Untuk Karet Rakyat terbukti dalam waktu singkat telah berhasil membawa manfaat positif yang besar bagi kesejahteraan petani karet di Riau," katanya.
Dia menjelaskan setelah program tersebut diluncurkan, terjadi peningkatan harga beli Bokar di pasar karet lokal sebesar 23,48 persen. Selain itu, insentif yang disuntikkan ke petani secara langsung tersebut juga terbukti mampu membuat pergerakan harga pasar karet lebih kompetitif.
"Saat ini harga Bokar tidak lagi dipermainkan oleh pengumpul besar," tuturnya.
Jatmiko mengatakan program yang digulirkan sejak Februari 2019 lalu itu merupakan inovasi bisnis PTPN V dengan manfaat ganda. Pertama, selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program itu juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja perseroan bagi perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perkebunan sawit dan karet terbesar di Riau tersebut.
Secara teknis, dia menuturkan program itu diawali dengan pembelian karet secara langsung kepada petani plasma melalui tender yang dilaksanakan kelompok tani. Selanjutnya pembelian Bokar langsung dilakukan kepada petani rakyat. PTPN V juga turut melakukan pengawasan dan sosialisasi untuk terus mengembangkan program serupa sehingga program berjalan tepat sasaran serta memberikan manfaat kepada masyarakat.
Lebih jauh, Jatmiko mengatakan sebelum dilakukan pemberian insentif, harga Bokar di kalangan petani rata-rata sebesar Rp7.802 hingga Rp8004 perkilogram. Namun, melalui program tersebut, harga Bokar meningkat menjadi rata-rata Rp9.336 hingga Rp10.117 perkilogram.
"Artinya, harga Bokar naik rata-rata mencapai Rp1.539 per kilogram. Kenaikan harga bokar tersebut diharapkan mampu mendorong peningkatan pendapatan petani hingga rata-rata mencapai Rp1.539.000/bulan, dengan asumsi produktifitas per hektar: 500 kilogram perbulan dan memiliki lahan minimal dua hektare," jelasnya.
Sementara pada bidang bisnis perseroan, dia mengatakan melalui Program Insentif Untuk Karet Rakyat, pemenuhan kebutuhan karet PTPN V dapat terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Biaya Pengolahan karet juga dapat ditekan hingga sebesar 11,33%, dengan estimasi dari Rp. 2.977 perkilogram menjadi Rp2.639,63 perkilogram. Selain itu, Jatmiko turut mengatakan program tersebut dapat meningkatkan kepercayaan petani karet untuk terus menjalin kerjasama dengan PTPN V.
Jumlah Petani Penerima
Hingga minggu pertama April 2019, Program Insentif Untuk Karet Rakyat telah dinikmati hasilnya oleh total 2.923 petani. Mereka terdiri dari 983 orang petani di wilayah kerja Unit Pabrik Pengolahan Karet Rakyat (PPKR) Bukit Selasih (BSE) di Indragiri Hulu
Selanjutnya 1.940 petani yang berada di wilayah Kebun Sei Lindai (SLI) di Kampar juga menikmati hasil serupa. Sementara jumlah insentif yang telah dikucurkan bagi karet petani hingga Minggu pertama April 2019, telah mencapai Rp3,6 miliar.
Dia menuturkan potensi untuk perluasan Program Insentif Untuk Karet Rakyat ini cukup besar mengingat jumlah petani dan luas lahan karet di Riau juga sangat besar.
Untuk diketahui, saat ini jumlah petani plasma karet di Riau sebanyak 11.921 orang (khusus jumlah Petani Plasma PTPN V sebanyak 8.931 orang) dan petani karet rakyat (mandiri) 235.908 orang.
Selain itu, berdasar data Dinas Perkebunan Provinsi Riau, luas Perkebunan Karet di Riau sebesar 504.715 Ha terdiri dari 6.500 Ha kebun Inti PTPN V dan 17.861 Ha kebun Plasma PTPN V. Sedangkan Plasma Swasta 5.981 Ha dan kebun rakyat 474.373 Ha.
"Kami optimistis, inovasi bisnis yang kami lakukan ini akan dapat meningkatkan pendapatan petani karet sekaligus menjadi wujud peran aktif BUMN yang selalu hadir dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tutup Jatmiko.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Direktur Utama PTPN V Jatmiko K Santosa dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Pekanbaru, Selasa, mengatakan Program Insentif Untuk Karet Rakyat saat ini telah diterapkan secara khusus dan terbatas untuk menstabilkan harga karet di pasar yang telah dilakukan di dua wilayah unit kerja PTPN V, Bukit Selasih dan Sei Lindai, Provinsi Riau.
"Sebagai wujud BUMN Hadir Untuk Negeri, Program Insentif Untuk Karet Rakyat terbukti dalam waktu singkat telah berhasil membawa manfaat positif yang besar bagi kesejahteraan petani karet di Riau," katanya.
Dia menjelaskan setelah program tersebut diluncurkan, terjadi peningkatan harga beli Bokar di pasar karet lokal sebesar 23,48 persen. Selain itu, insentif yang disuntikkan ke petani secara langsung tersebut juga terbukti mampu membuat pergerakan harga pasar karet lebih kompetitif.
"Saat ini harga Bokar tidak lagi dipermainkan oleh pengumpul besar," tuturnya.
Jatmiko mengatakan program yang digulirkan sejak Februari 2019 lalu itu merupakan inovasi bisnis PTPN V dengan manfaat ganda. Pertama, selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program itu juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja perseroan bagi perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perkebunan sawit dan karet terbesar di Riau tersebut.
Secara teknis, dia menuturkan program itu diawali dengan pembelian karet secara langsung kepada petani plasma melalui tender yang dilaksanakan kelompok tani. Selanjutnya pembelian Bokar langsung dilakukan kepada petani rakyat. PTPN V juga turut melakukan pengawasan dan sosialisasi untuk terus mengembangkan program serupa sehingga program berjalan tepat sasaran serta memberikan manfaat kepada masyarakat.
Lebih jauh, Jatmiko mengatakan sebelum dilakukan pemberian insentif, harga Bokar di kalangan petani rata-rata sebesar Rp7.802 hingga Rp8004 perkilogram. Namun, melalui program tersebut, harga Bokar meningkat menjadi rata-rata Rp9.336 hingga Rp10.117 perkilogram.
"Artinya, harga Bokar naik rata-rata mencapai Rp1.539 per kilogram. Kenaikan harga bokar tersebut diharapkan mampu mendorong peningkatan pendapatan petani hingga rata-rata mencapai Rp1.539.000/bulan, dengan asumsi produktifitas per hektar: 500 kilogram perbulan dan memiliki lahan minimal dua hektare," jelasnya.
Sementara pada bidang bisnis perseroan, dia mengatakan melalui Program Insentif Untuk Karet Rakyat, pemenuhan kebutuhan karet PTPN V dapat terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Biaya Pengolahan karet juga dapat ditekan hingga sebesar 11,33%, dengan estimasi dari Rp. 2.977 perkilogram menjadi Rp2.639,63 perkilogram. Selain itu, Jatmiko turut mengatakan program tersebut dapat meningkatkan kepercayaan petani karet untuk terus menjalin kerjasama dengan PTPN V.
Jumlah Petani Penerima
Hingga minggu pertama April 2019, Program Insentif Untuk Karet Rakyat telah dinikmati hasilnya oleh total 2.923 petani. Mereka terdiri dari 983 orang petani di wilayah kerja Unit Pabrik Pengolahan Karet Rakyat (PPKR) Bukit Selasih (BSE) di Indragiri Hulu
Selanjutnya 1.940 petani yang berada di wilayah Kebun Sei Lindai (SLI) di Kampar juga menikmati hasil serupa. Sementara jumlah insentif yang telah dikucurkan bagi karet petani hingga Minggu pertama April 2019, telah mencapai Rp3,6 miliar.
Dia menuturkan potensi untuk perluasan Program Insentif Untuk Karet Rakyat ini cukup besar mengingat jumlah petani dan luas lahan karet di Riau juga sangat besar.
Untuk diketahui, saat ini jumlah petani plasma karet di Riau sebanyak 11.921 orang (khusus jumlah Petani Plasma PTPN V sebanyak 8.931 orang) dan petani karet rakyat (mandiri) 235.908 orang.
Selain itu, berdasar data Dinas Perkebunan Provinsi Riau, luas Perkebunan Karet di Riau sebesar 504.715 Ha terdiri dari 6.500 Ha kebun Inti PTPN V dan 17.861 Ha kebun Plasma PTPN V. Sedangkan Plasma Swasta 5.981 Ha dan kebun rakyat 474.373 Ha.
"Kami optimistis, inovasi bisnis yang kami lakukan ini akan dapat meningkatkan pendapatan petani karet sekaligus menjadi wujud peran aktif BUMN yang selalu hadir dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tutup Jatmiko.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019