Sampit (AntaraNews Kalsel) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah memasang perangkap dan alat pancing untuk menangkap buaya pemangsa di Sungai Seranggas Desa Lempuyang, Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Sampai saat ini belum ada hasil. Rencananya alat pancing dan perangkap buaya itu akan dipasang selama satu minggu," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit Kotawaringin Timur Muriansyah di Sampit, Selasa.
Ia menjelaskan konflik antara buaya dengan manusia kembali menjadi perhatian masyarakat setempat. Mereka khawatir karena aktivitas buaya makin meningkat dan dirasakan membahayakan keselamatan mereka.
Pada Jumat (1/2), sekitar pukul 18.30 WIB, seorang warga Dusun Seranggas, Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit bernama Julhaidir (41), diterkam buaya saat mandi di sungai. Akibatnya, tangan kirinya putus.
Buaya sempat menyeret korban ke sungai. Saat tangannya putus akibat gigitan buaya, korban berenang ke permukaan sungai dan berteriak meminta pertolongan warga, sebelum buaya itu muncul lagi.
Setelah kejadian, Tim BKSDA dari Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat didatangkan ke Kotawaringin Timur untuk menangkap buaya tersebut. Mereka membawa perangkap buaya yang terbuat dari besi berbentuk sangkar berukuran besar.
Perangkap dipasang tidak jauh dari lokasi serangan buaya. Tim juga memasang pancing buaya dengan umpan seekor bebek untuk menarik buaya pemangsa itu muncul.
Saat terjadi serangan buaya di anak Sungai Remiling Kecamatan Seranau beberapa waktu lalu itu, Tim BKSDA juga mencoba menangkap buaya dengan cara memancing menggunakan umpan bebek. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil.
"Dalam beberapa hari ini akan ada evaluasi, terutama untuk lokasi pemasangan dan umpan. Perangkap dan pancing buaya itu terus kami pantau," kata Muriansyah.
Populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak karena warga masih sering melihat buaya muncul di perairan dekat permukiman.
Aktivitas buaya yang mengganas dan menyasar perairan kawasan permukiman diduga karena kelaparan karena sumber makanan di habitat mereka makin sulit didapat.
Muriansyah meminta masyarakat lebih berhati-hati saat beraktivitas di sungai karena buaya masih berkeliaran.
Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas di sungai saat hari gelap karena rawan serangan buaya.
"Dari beberapa kasus yang terjadi, serangan buaya terjadi saat menjelang malam hingga subuh," ujarnya.*
Baca juga: Tangan nelayan putus diterkam buaya
Baca juga: Pencinta alam imbau masyarakat hentikan pembunuhan buaya
"Sampai saat ini belum ada hasil. Rencananya alat pancing dan perangkap buaya itu akan dipasang selama satu minggu," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit Kotawaringin Timur Muriansyah di Sampit, Selasa.
Ia menjelaskan konflik antara buaya dengan manusia kembali menjadi perhatian masyarakat setempat. Mereka khawatir karena aktivitas buaya makin meningkat dan dirasakan membahayakan keselamatan mereka.
Pada Jumat (1/2), sekitar pukul 18.30 WIB, seorang warga Dusun Seranggas, Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit bernama Julhaidir (41), diterkam buaya saat mandi di sungai. Akibatnya, tangan kirinya putus.
Buaya sempat menyeret korban ke sungai. Saat tangannya putus akibat gigitan buaya, korban berenang ke permukaan sungai dan berteriak meminta pertolongan warga, sebelum buaya itu muncul lagi.
Setelah kejadian, Tim BKSDA dari Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat didatangkan ke Kotawaringin Timur untuk menangkap buaya tersebut. Mereka membawa perangkap buaya yang terbuat dari besi berbentuk sangkar berukuran besar.
Perangkap dipasang tidak jauh dari lokasi serangan buaya. Tim juga memasang pancing buaya dengan umpan seekor bebek untuk menarik buaya pemangsa itu muncul.
Saat terjadi serangan buaya di anak Sungai Remiling Kecamatan Seranau beberapa waktu lalu itu, Tim BKSDA juga mencoba menangkap buaya dengan cara memancing menggunakan umpan bebek. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil.
"Dalam beberapa hari ini akan ada evaluasi, terutama untuk lokasi pemasangan dan umpan. Perangkap dan pancing buaya itu terus kami pantau," kata Muriansyah.
Populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak karena warga masih sering melihat buaya muncul di perairan dekat permukiman.
Aktivitas buaya yang mengganas dan menyasar perairan kawasan permukiman diduga karena kelaparan karena sumber makanan di habitat mereka makin sulit didapat.
Muriansyah meminta masyarakat lebih berhati-hati saat beraktivitas di sungai karena buaya masih berkeliaran.
Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas di sungai saat hari gelap karena rawan serangan buaya.
"Dari beberapa kasus yang terjadi, serangan buaya terjadi saat menjelang malam hingga subuh," ujarnya.*
Baca juga: Tangan nelayan putus diterkam buaya
Baca juga: Pencinta alam imbau masyarakat hentikan pembunuhan buaya
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019