Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Pagelaran kontes durian yang digelar Gubernur Kalsel Syahbirin Nor di lokasi wisata Kiram, Kabupaten Banjar, memunculkan species baru untuk jenis buah berduri tersebut.

Seperti terlihat pada kontes yang berlangsung Kamis (24/1) yang dipenuhi ribuan pengunjung tersebut, terdapat satu jenis durian yang tak pernah terlihat sebelumnya, yang disebut durian trako dari Desa Marajai, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan.

Jenis durian ini terbilang unik, sebab tidak seperti durian kebanyakan, karena memiliki warna kulit kuning keemasan, tetapi isi buah merah tuska, rasanya dinilai khas dan beraroma, sehingga jenis durian ini menjadi banyak perhatian pengunjung.

Dalam konstes durian sekaligus pameran buah eksotis tersebut aneka durian dipamerkan, ada yang bentuknya seperti durian kebanyakan tetapi ada yang sangat besar tetapi ada pula yang kecil-kecil saja.

Berdasarkan laporan panitia tak kurang dari 10 ribu biji buah digelar dalam kontes yang kedua kali tersebut dan semua durian tersebut dipersilahkan mengupas dan mencicipinya secara gratis.

Terdapat 113 stand dalam kegiatan yang bertujuan untuk menanamkan kecintaan masyarakat terhadap buah lokal tersebut.

Gubernur Kalsel Syahbirin sendiri begitu antusias menuturkan makna kegiatan yang dihadiri hampir seluruh pejabat Pemrov Kalsel dan pejabat kabupaten dan kota se Kalsel tersebut.

"Kita ingin lestarikan buah-buahan lokal Kalsel, kita ingin nantinya  masyarakat Kalsel sejahtera lantaran mengembangkan buah" katanya berapi-api.

Menurut gubernur, komoditi batubara yang selama ini menjadi andalan menopang perekonomian Kalsel bisa habis, sementara tanaman seperti buah-buahan tak ada ada habis -habisnya, asal dibudayakan dijual dan mendatangkan banyak uang.

Oleh sebab itu, gubernur mengajak seluruh kepala daerah kabupaten dan kota untuk bersama-sama membudidayakan buah-buahan lokal, dan ada lokasi yang disediakan oleh gubernur untuk pengembangannya yaitu di lokasi "Raja Lima." Raja lima adalah sebuah lokasi gugusan pulau-pulau kecil di kawasan ini yang bisa dikembangkan untuk buah-buahan tersebut.

"Kalau kita terdapat 13 kabupaten dan kota kita sediakan 13 pulau untuk pengembangan buah-buahan tersebut, selain mendatangkan uang sekaligus menyelamatkan genetika buah-buahan yang sekarang mulai langka tersebut.

Mulai langka

Sementara seorang pemerhati buah-buahan lokal Kalsel, Hanif Wicaksono saat berbincang dengan penulis di lokasi acara mengakui adanya kekhawatiran kepunahan genetika buah endemik Kalimantan tersebut.

Menurutnya sebanyak 150 jenis buah endemik Kalimantan terancam punah, menyusul kian maraknya penebangan kayu, pembukaan lahan perkebunan, dan pertambangan.

"Kalau tidak ada upaya penyelamatan, maka buah-buah khas tersebut akan punah," kata pemerhati buah lokal Kalimantan Selatan, Hanif Wicaksono saat di tanya di sela-sela kontes buah durian dan pameran buah eksotis Kalimantan yang diselenggarakan oleh Gubernur Kalsel Syahbirin Noor di lokasi objek wisata Kiram, sekitar 70 KM Utara Banjarmasin, Kamis.

Menurut Hanif Wicaksono yang dikenal sebagai pemenang Satu Indonesia Award yang diselanggarakan oleh Astra Grup tersebut, 150 jenis buah tersebut merupakan sumber genetika yang harus tetap ada untuk anak cucu kedepan.

Oleh karena itu, ia menyarankan kepada pengambil kebijakan untuk menjaga genetika tersebut dengan tidak mengizikan begitu saja usaha pertambangan dan perkebunan, yang bisa menghilangkan seluruh potensi tersebut.

"Coba bayangkan jika satu gunung yang di atasnya terdapat jenis sumber genetika yang langka, lalu ditebang dan dikupas hanya untuk mengambil satu komoditi umpamanya batubara, maka sumber genetika itu akan hilang selamanya, dan itu sampai terjadi tentu sangat sayang sekali, kalau batubara kan bisa saja dicarikan sumber energi alternatif yang lain," kata Hanif.

Ia menyebutkan jenis buah endemik tersebut untuk jenis durian saja ada sekitar delapan varietas dan puluhan spicies dengan nama lokal yang macam-macam.

Nama lokal terhadap durian tersebut, ada yang disebut lahung, mantaula, lekol, mahrawin, karatongan, pampakin, pampakin layung, matuala, dan beberapa nama lainnya yang membedakan adalah bentuk buah, bentuk duri kulit, warna kulit, warna isi, dan isi serta aromanya.

Ada satu jenis durian yang dulu sudah dianggap punah ternyata kembali ditemukan di Desa Marajai, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, yang disebut durian trako. Isi buahnya merah sementara kulitnya kuning keemasan.

Kemudian untuk jenis nangka-nangkaan ada 17 jenis, dengan nama lokal, ada tarap biasa, tarap banyu, tiwadak, binturung, kulidang, mentawa, tarusung, buyian, dan nama lainnya.

Rambutan ada spicies ada lima, lingkit, siwau, rambutan, buluan, untit, jari-jari, dan maritam. 

Sementara jenis mangga-manggaan ada 21 jenis, seperti seperti cuban, kasturi cicilitan, kulipisan, rawa-rawa, hampalam,  tandui dan nama lokal lainnya. Belum lagi aneka jenis kapul dan sebagainya.

Kontes durian dan pameran buah eksotis tersebut dengan menyajikan 10 ribu buah durian untuk dimakan gratis oleh ribuan pengunjung. Sementara stand pameran ada 113 buah dan dalam penilaian adalah sebagai berikut.

Juara satu dalam kontes yang juga dihadiri para pecinta buah-buahan dari berbagai wilayah tanah air tersebut adalah nomor peserta 35 dari Banjarbaru (Durian Si-Tapai) nilai 790.

Sementara juara dua dengan nomor peserta 36 dari Banjarbaru (Durian si pengantin) Nilai 780, lalu nomor peserta 22 dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) (Durian ulang ulang) Nilai 765.

Sedangkan juara favorit nomor 21 durian dari Kabupaten Hulu Sungai tengah, dan no 27 durian Harti dari Kabupaten Balangan, kemudian nomor 11 durian Jukung Sulanjai dari Kabupaten Tabalong, disamping nomor 04 durian Kamundai Sulangai Dari Kabupaten  Balangan.

Selain itu juga ada buah non durian adalah yang disebut. Mantoala Batu hayam dari HST nilai 805, Mantoala Layoh dari HST Nilai 795, dan Lay Mardaun dari Kotabaru Nilai 785.

Untuk buah yang dinilai terlangka adalah Traku dari Kabupaten Balangan, buah terunik Kapul dari Kabupaten Tabalong sedangkan yang terenak Mundar dari Kabupaten banjar.








 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019