Marabahan, (Antaranews Kalsel)- Ribuan santriwan santriwati se- Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan berziarah sekaligus takziah ke makam ulama besar keturunan kedua Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang sehari sebelumnya genap memasuki haulan ke-123.


Sebelum menggelar jalan kaki ke makam ulama besar tersebut,  para santriwan-santriwati itu mengikuti Upacara Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2018,  di Lapangan Sepakbola 5 Desember Marabahan.

Upacara dirangkai Pelantikan Majelis Wahil Cabang (MWC) dan Lembaga Rabithah Ma’ahid Islamiyah (LRMI) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan se-Batola masa khidmat 2018-2023 tersebut dipimpin Sekdakab Batola H Supriyono.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya dibacakan Sekdakab Batola Supriyono mewakili bupati mengatakan, Peringatan Hari Santi Nasional kali ini merupakan babak baru dalam sejarah umat Islam Indonesia yang merupakan wujud relasi harmoni antara pemerintah dan umat Islam, khususnya bagi kalangan kaum santri.

Dikatakan, selama ini kalender pemerintah yang menggunakan hitungan masehi selalu mencantumkan tanggal merah ketika bertepatan dengan 1 hijriyah sebagai tahun baru Islam.

“Tanggal itu memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW yang mempertemukan dua kelompok umat Islam, kaum muhajirin dari Mekkah dan kaum Anshar sebagai penghuni Madinah,”ujarnya.

Penduduk Madinah atau kaum Anshar, menurut dia,  tidak mempersoalkan momentum disebut hijriyah yang identik dengan kaum muhajirin.

Sebaliknya, lanjut menteri, justru momentum itu membuahkan persaudaraan dan persahabatan yang sangat bersejarah bagi umat Islam sehingga kedua pihak saling berkonstribusi membangun masyarakat madani yang kemudian menjadi contoh ideal peradaban dunia.

Belajar dari sejarah itulah, jelas dia, pemerintah sudah sepatutnya memberikan apresiasi bagi perjuangan kaum santri yang secara nyata memberikan andil besar bagi terbentuk dan terjaganya NKRI.

Oleh itu, menurut menteri, Peringatan Hari Santri harus dimaknai sebagai upaya memperkokoh segenap umat beragama agar saling berkontribusi mewujudkan masyarakat Indonesia yang bermartabat, berkemajuan, berkesejahteraan, berkemakmuran, dan berkeadilan.

Disebutkan, Hari Santri merujuk pada keluarnya resolusi jihad pada 22 Oktober 1945 yang memantik terjadinya peristiwa heroik 10 November 1945 di Surabaya yang kemudian diperingati sebagai hari pahlawan.

Resolusi jihad, sambungnya, adalah seruan ulama-santri yang mewajibkan setiap muslim Indonesia untuk membela kedaulatan tanah air dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada bagian lain menteri menyampaikan, melalui upacara bendera Hari Santri kali ini mengusung tema Bersama Santri Damailah Negeri.

Isu perdamaian itu diangkat, sebutnya, sebagai respon atas kondisi bangsa Indonesia yang saat ini sedang menghadapi berbagai persoalan seperti maraknya koaks, ujaran kebencian, polarisasi simpatisan politik, propaganda kekerasan, hingga terorisme.




 

Pewarta: Arianto

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018