Petani kebun karet di kawasan Desa Saring Sei Bubu, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan diminta tidak semerta-merta menjual lahan mereka dengan harga tinggi setelah berhasil melakukan budi daya tanaman tersebut.


Berapapun tinginya nilainya nilai jual kebun karet harus tetap dipertahankan sebagai aset masyarakat setempat hingga generasi yang berikutnya demi meningkatkan kesejahteraan petani secara berlanjut.
"Kalau sekarang sudah berhasil membudidayakan tanaman karet jangan lantas kepikiran untuk menjual lahanya hanya karena tergiur uang banyak yang sesaat. Usaha kebun seperti ini harus selalu dikembangkan meskipun dibawahnya barang tambang seperti halnya batubara," kata Wakil Bupati Tanah Bumbu, H Difriadi Darjat saat menghadiri syukuran panen perdana tanaman karet bersama ratusan petani di kawasan Desa Sei Bubu, Rabu (20/6).
Menurut wakil bupati, meskipun usaha tambang dapat memberi keuntungan dalam jumlah besar namun yang akan datang dampak negatifnya jauh lebih buruk dan tidak sebanding dengan usaha perkebunan atau pertanian.   
JIka tidak dikelola dengan sistem manejemen yang baik dan tingkat kemanusiaan yang tinggi terhadap masyarakat sekitar tempat-tempat penambangan penambangan justru dianggap berpotensi jadi penyebab rusaknya lingkungan.
Lain halnya perkebunan karet, kelapa sawit, dan pertanian yang keberadaanya bisa diperbarui dengan sistem mengganti tanaman sehingga mampu memberikan hasil kepada para petani secara terus-menerus tanpa ada batasan.
Ada 150 hektare kebun karet yang layak panen dikawasan desa tersebut. Luasan ini baru hampir separo dari jumlah keseluruhan potensi lahan di Kusan Hilir yang sebenarnya juga berptensi untuk dikelola petani.  
Sisanya masih 200 hektare lahan tidur di daerah tersebut yang kedepanya diharapkan juga mampu dikelola petani dengan jenis usaha yang sama dengan pemerintah melalui tenaga penyuluh. Untuk itu dinas terkait diharapkan benar-benar memikirkan kesejahteraan petani melalui potensi usaha tersebut.
"Kecuali lokasi tambang, mau dijadikan kebun kelapa sawit atau karet bahkan mungkin pertanian bagai saya dilokasi itu tidak ada maslaah. Asal kedepan hasilnya menjajikan bagi petani upaya itu harus dilakukan," jelas Difri.
Tidak kalah penting, tambahnya, adalah bentuk kemitraan antar petani sendiri yang harus selalu dibangun sebagai langkah peningkataan ilmu pengetahuan di lapangan. Selain tenaga penyuluh, keberadaan lembaga Kontak Tani dan Nelayan (KTNA) serta Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) yang kerjanya berhubungan langsung dengan para petani setidakya juga harus mampu merekomendasikan setiap kebutuhan petani.
"Penggunaan bibit, misalnya. Setiap bibit yang dibutuhkan petani harus benar-benar diusahakan yang bersertifikasi agar saat panen hasilnya lebih menguntungkan," tegas wakil bupati. 

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012