Barabai, (Antaranews Kalsel) - Enceng gondok yang tumbuh liar di sungai, lahan lebak dan rawa di Desa Kambat Kecamatan Pandawan, HST seakan tidak berarti apa-apa bagi warga setempat.
Jenis gulma air ini dipandang sebelah mata dan dianggap tidak memberikan manfaat alias sampah yang dapat menggangu lingkungan setempat.
Namun bagi sorang Adzhar yang merupakan mahasiswa dari HST yang kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Gulma satu ini justru menarik untuk diteliti dan menjadi berkah jika dijadikan usaha dalam meningkatkan hasil pertanian.
Terlebih, ph tanah dan keasamaan air setempat ideal sebagai tempat tumbuh encenggondok. Gulma air ini mengadung zat-zat penting yang dapat menyuburkan tanah seperti humat, kalsium, asam sianida dan lain-lain.
"Melalui tugas penelitian dari dosen pembimbing, saya ingin membuktikan bahwa enceng gondok yang dianggap tidak berguna bagi warga Kambat ini dapat bermanfaat," kata mahasiswa semester akhir tersebut, Jum'at (10/8) di Barabai.
Menurutnya, enceng gondok juga bisa menjadi berkah sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan hasil pertanian para petani setempat.
Selain jauh lebih murah dari pupuk sintetis yang harganya semakin tambah mahal, Mahasiswa pencinta lingkungan itu menganggap pupuk organik berbahan baku enceng gondok ini sangat ramah dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan tanah.
"Dampak negatif pupuk sintetis merusak kesuburan alami tanah dan menyebabkan pengerasan tanah sehingga menjadi sulit diolah, dengan pupuk organik enceng gondok ini akan dapat mengurai kekerasan tanah sekaligus menyuburkan," katanya.
Dijelaskannya proses pengolahan pupuk organik enceng gondok ini murah dan sederhana. Setelah dihancurkan dengan mesin atau dicincang sampai halus menggunakan pisau lalu dijemur sampai kadar air tersisa 20-30 persen.
"Selanjutnya setelah dilakukan pemadatan di tempat teduh lalu ditaburkan bio fungisida dan dekomposer alami dari kotoran hewan sesuai ukuran dan diaduk sampai rata. Kemudian ditutup terpal selama 2-3 minggu untuk proses fermentasi dan dibolak balik agar lebih merata," ujarnya.
Sementara itu Plt Bupati HST H A Chairansyah melalui Kabag Humas Ramadhan memberikan apresiasi yang tinggi dan berterima kasih adanya penelitian dari mahasiswa pertanian ULM untuk mengolah encenggondok menjadi pupuk organik.
"Penilitian seperti ini tentu sangat berguna dan diperlukan bagi peningkatan produk pertanian berbasis pupuk organik yang murah dan aman dari dampak negatif terhadap tanah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Jenis gulma air ini dipandang sebelah mata dan dianggap tidak memberikan manfaat alias sampah yang dapat menggangu lingkungan setempat.
Namun bagi sorang Adzhar yang merupakan mahasiswa dari HST yang kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Gulma satu ini justru menarik untuk diteliti dan menjadi berkah jika dijadikan usaha dalam meningkatkan hasil pertanian.
Terlebih, ph tanah dan keasamaan air setempat ideal sebagai tempat tumbuh encenggondok. Gulma air ini mengadung zat-zat penting yang dapat menyuburkan tanah seperti humat, kalsium, asam sianida dan lain-lain.
"Melalui tugas penelitian dari dosen pembimbing, saya ingin membuktikan bahwa enceng gondok yang dianggap tidak berguna bagi warga Kambat ini dapat bermanfaat," kata mahasiswa semester akhir tersebut, Jum'at (10/8) di Barabai.
Menurutnya, enceng gondok juga bisa menjadi berkah sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan hasil pertanian para petani setempat.
Selain jauh lebih murah dari pupuk sintetis yang harganya semakin tambah mahal, Mahasiswa pencinta lingkungan itu menganggap pupuk organik berbahan baku enceng gondok ini sangat ramah dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan tanah.
"Dampak negatif pupuk sintetis merusak kesuburan alami tanah dan menyebabkan pengerasan tanah sehingga menjadi sulit diolah, dengan pupuk organik enceng gondok ini akan dapat mengurai kekerasan tanah sekaligus menyuburkan," katanya.
Dijelaskannya proses pengolahan pupuk organik enceng gondok ini murah dan sederhana. Setelah dihancurkan dengan mesin atau dicincang sampai halus menggunakan pisau lalu dijemur sampai kadar air tersisa 20-30 persen.
"Selanjutnya setelah dilakukan pemadatan di tempat teduh lalu ditaburkan bio fungisida dan dekomposer alami dari kotoran hewan sesuai ukuran dan diaduk sampai rata. Kemudian ditutup terpal selama 2-3 minggu untuk proses fermentasi dan dibolak balik agar lebih merata," ujarnya.
Sementara itu Plt Bupati HST H A Chairansyah melalui Kabag Humas Ramadhan memberikan apresiasi yang tinggi dan berterima kasih adanya penelitian dari mahasiswa pertanian ULM untuk mengolah encenggondok menjadi pupuk organik.
"Penilitian seperti ini tentu sangat berguna dan diperlukan bagi peningkatan produk pertanian berbasis pupuk organik yang murah dan aman dari dampak negatif terhadap tanah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018