Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Pemerintah Kota Banjarmasin mengembangkan sungai sebagai aset budaya daerah karena menjadi karakteristik kehidupan masyarakat Banjar.
      
"Jadi tidak berlebihan bila saya katakan sungai adalah aset budaya dan pusaka yang perlu dirawat, dijaga dan dilestarikan keberadaannya,” ujar Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Bidang  Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Kalsel Gusti Rifai, dalam pembukaan Festival Kolaborasi Nyawa Sungai tahun 2018, di kawasan Siring Menara Pandang, Kota Banjarmasin, Sabtu.

Tak hanya itu, ia juga menyebutkan, sungai di Kota Banjarmasin juga telah memberikan kontribusi dalam perkembangan kota berjuluk seribu sungai, bukan saja saat ini, tetapi sejak zaman kerajaan Banjar.

"Karena sungai, maka Kota Banjarmasin tumbuh menjadi kota pelabuhan, perdagangan dan pelayaran, dan kini sungai telah menjadi destinasi unggulan,” katanya.

Untuk itu, katanya, seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menjaga sungai, memelihar sungai agar tidak tercemar. 
  
"Kita cintai, kita pelihara, dan kita letakan kepedulian untuk sungai di Kota Banjarmasin, sehingga gambaran surga tetap bisa kita nikmati," tuturnya.

Sementara itu, Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina yang diwakili Plh Sekda Kota Banjarmasin H A Hamdi mengatakan, keberadaan sungai di Kota Banjarmasin sangat lah penting.

Hal ini, lanjutnya, mengingat kehidupan masyarakat di kota ini, tidak bisa dilepas dari keberadaan sungai.

"Sungai adalah urat nadi bagi warga kota ini. Dari catatan, saat ini ada sekira 102 sungai, jadi betapa pentingnya sungai bagi kehidupan warga,” jelasnya.

Dikatakannya lagi, mengingat sungai di kawasan kota ini posisinya di kawasan hilir, maka untuk menjaga kebersihan dan kelestariannya perlu ada kolaborasi dari pihak hulu dan pemerintah pusat.

“Dengan adanya festival ini mari kita gali pengetahuan tentang sungai untuk eksplor. Saya Harapkan kegiatan ini dapat menghasilkan gagasan untuk menjadi acuan bagi pemerintah dan warga agar sungai kita dapat lebih bersih.” tandasnya.

Festival Kolaburasi Nyawa Sungai digelar komunitas Kampung Kita Kota Banjarmasin atau disingkatnya Kakikota Banjarmasin bekerjasama dengan pemerintah kota setempat didukung pula Rujak Center For Urban Studies Jakarta serta Kedutaan Besar Denmark yang berlangsung dari 12-13 Mei 2018 di siring sungai Martapura Banjarmasin.
 

. (Antaranews Kalsel/Sukarli)

Menurut Ketua Komunitas Kakikota Banjarmasin Muhammad Syahreza mengungkapkan, kegiatan ini diselenggarakan untuk mengajak warga Kota Banjarmasin untuk berbuat dengan kotanya.

"Segala pengetahuan yang sudah kita gali tentang kota ini, semuanya kita pamerkan, khususnya yang berhubungan dengan sungai dan sejarahnya," kata Syahreza.

Salah satu contohnya, ungkap dia, adalah jukung atau sampan yang menjadi trasportasi sungai di Banjarmasin, di mana tidak semua orang Banjar tahu berapa jenis jukung yang ada di sungai Banjarmasin ini dulunya.

"Nah di sini ada kita tampilkan sebelas jenis jukung di sungai Banjarmasin dari tulisan buku Erik Petersen atau dulu di kenalnya Kai Asing atau H Arif Fathurrahman yang merupakan orang Denmark, pengetahuan beliau ini kita ingin sebarkan ke warga kita," ujarnya.

Selain itu, ucap Syahreza, komunitasnya berupaya untuk menjadi teman masyarakat dalam mengelola sampah agar bisa diolah secara kreatif.

Terkait tema acara ada kata nyawa sungai, jelasnya, kata nyawa dalam bahasa Banjar adalah "kamu" dan bisa diartikan juga nyawa itu sebagai ruh, jadi sungai meruapakan bagian kehidupan warga ini hingga harus dipelihara seterusnya.
        
        
      

Pewarta: Sukarli

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018