Paringin, (Antaranews Kalsel)- Para aktivis lingkungan hidup yang tergabung dalam Forum Komunitas Hijau (FKH) Citra Sanggam, Kabupaten Balangan, Provinsi, Kalimantan Selatan, berkeinginan memiliki kebun sendiri yang menampung aneka tanaman obat yang ada di wilayah setempat.
 

"Kami memiliki lahan sekitar setengah hektare, dan lahan tersebut rencananya kita tanami berbagai koleksi tanaman hutan yang berpotensi obat-obatan, atau juga tanaman obat yang sudah dikenal luas," kata anggota FKH Citra Sanggam, Adie atau yang lebih dikenal dengan sebutan Didun, di Desa Panggung, Paringin Selatan, Kamis.

Oleh karena itu, katanya belum lama ini mereka selama dua hari keluar masuk hutan setempat, semata ingin mengidentfikasi tanaman hutan yang berpotensi obat sekaligus mengambil bibit untuk dibudidayakan di lahan FKH di desa setempat.

Dalam penjelajahan hutan tersebut mereka menemukan tanaman yang disebut Kamandrah (Croton Tigliun L), tanaman ini berdasarkan pengalaman tetuha kampung bahari banyak digunakan untuk obat pencahar perut.

Yakni biji buah ini setelah diminum maka seisi perut keluar melalui berak-berak terus sehingga perut dinilai bersih dari aneka racun, dan untuk menghentikan berak warga meminum air larutan kerak nasi.

Makanya biji buah itu akan disemai lalu dikembangkan di lahan itu, kemudian mereka juga menemukan tanaman cambai jenis tanaman merambai persis sirih, tetapi daunnya lebih lebar dan memiliki buah yang warna buah merah.

Tanaman yang juga menyerupai sejenis cabe puyang dulu sering digunakan buahnya untuk mengusir masuk angin, dan daunnya untuk penyakit "menyamak" (seperti sesak napas).
 
Kemudian anggota FKH juga menemukan tanaman Kakajar yang biasanya tanaman ini digunakan untuk sakit pinggang.
 
Ada puluhan tanaman hutan yang mereka temukan, antaranya telunjuk langit, pelungsur ular, kerangka hirang, jelatang, dan beberapa jenis lainnya, dan bibitnya dibawa ke kampung dan akan ditanam dikebun lingkungan itu.

Tapi satu yang mereka cari tetapi tak diketemukan lagi di hutan Balangan yaitu pohon Ipuh, ipoh atau upas (Antiaris toxicaria) adalah sejenis pohon anggota suku Moraceae.

Pada masa lalu, pohon ini sangat terkenal karena getahnya yang sangat beracun, yang digunakan untuk meracuni mata panah (Gr. toxicon: racun panah), mata tombak, untuk berburu hewan.

Pohon ipoh yang juga disebut pohon upas adalah pohon besar dengan ketinggian bisa mencapai 40 m serta kayunya putih dan ringan. Dahan-dahannya, Karena getah kulit pohonnya mengandung racun, maka orang menamakan racunnya sebagai upas.

"Pokoknya apa saja tanaman hutan yang diperkirakan mengandung bahan obat-obatan akan dikoleksi di kebun FKH, biar nanti menjadi bahan penelitian dan lahan pendidikan bagi masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa," kata Adie.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018