Kandangan, (Antaranews Kalsel) - Zuriat Datu Hamawang menggelar kegiatan rutin tahunan, berupa haul Datu Hamawang dan silaturrahim keluarga zuriat Datu Hamawang, di Pendopo Kabupaten, Kabupaten Hulu Sungai Selatan .

Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS), H Achmad Fikry, di Kandangan, Minggu (28/1), mengatakan sebagai zuriat datu dan sahibul bait atau tuan rumah, berharap kepada seluruh keluarganya para zuriat Datu Hamawang agar senantiasa selalu menjaga nama baik Datu, baik itu dibidang keagamaan, pemerintahan dan di masyarakat,

"Terbukti keturunan dari Datu Hamawang banyak dari kalangan ulama dan pejabat pemerintah, maka dengan adanya kegiatan ini bisa terus dilanjutkan kedepannya, menyambung tali silaturrahim sesama zuriat dan keturunan Datu Hamawang,"katanya.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) HSS, Hendro Martono, mengatakan peringatan haul dari para zuriat untuk mengenang kembali jasa dan perjuangan datu mereka, yaitu Datu Hamawang dalam menegakkan syiar islam di Hulu Sungai Selatan pada zamannya.

Haul sekaligus silaturrahim diikuti para zuriat yang selama ini sudah banyak bermukim diluar HSS, dan pihak dia bersyukur dalam kegiatan ini telah dihadiri oleh ribuan para zuriat se HSS, dan dari luar daerah, bahkan ada yang datang dari Jakarta.

Kegiatan dengan tema “Batamu badapat gasan mamisiti jaratan keluarga zuriat datu hamawang” ini, dihadiri pula Wakil Bupati H Ardiansyah serta Ketua DPRD HSS Syamsuri Arsyad, Rektor ULM Banjarmasin H.Kustan Basry, Ketua IKK HSS Haji Amin Santang, Haji Ali Mahdini,dan para alim ulama Zuriat Datu Hamawang.

Ia menjelaskan, sekitar tahun 1800 masehi, ada seorang tokoh yang berdiam di banua Hamawang, yakni seorang pangeran keturunan Raja Banjar Pangeran Sukarama, bernama Pangeran Kacil,yang kemudian diangkat oleh Kerajaan Banjar mengepalai banua Hamawang.

Pangeran Kacil  tersebut dengan diberi gelar Temanggung Raksa Yudha, oleh masyarakat beliau dikenal sebagai Datu Hamawang, sebutan sebagai pemimpin Banua Hamawang atau biasa juga disebut Datu Bungkul,karena keseharian beliau  yang membawa parang bungkul.

"Adik Datu Hamawang yang yang selalu mendampingi, bernama Antaluddin yang juga dikenal sebagai Datu Tambunan, beliau juga punya seorang adik perempuan yang bernama Ratu Kumala Sari,"katanya.

Ratu Kumala Sari  kemudian kawin dengan Habaib yang bernama Datu Basuhud, Ratu juga dikenal juga sebagai Datu Ibuk atau Datu Salayan, yang merupakan ipar Datu Hamawang yang Habaib.

Dari Habaib inilah yang mengajarkan agama Islam pada keluarga Datu Hamawang,sehingga selain memimpin pemerintahan ia juga adalah seorang pemimpin agama.

Datu Hamawang juga membangun sebuah masjid yang pertama di Banua Hamawang, yang diberi nama Masjid Quba, di sekitar masjid inilah dijadikan sebagai pusat pemerintahan,pusat pertahanan dan pusat penyebaran agama islam kala itu.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018