Banjarmasin (Antaranews Kalsel)- seorang ahli sejarah landscape dari negeri Belanda Prof Theo Spek dari Centre For Landscape Studies University of Groningan Netherland menilai keberadaan Kota Banjarmasin, Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, luar biasa di mata wisatawan Belanda.

     "Bagi orang sini Kota Banjarmasin ini biasa-biasa saja, tetapi bagi wisatawan seperti dirinya dari Belanda dan Amerika, keberadaan kota ini sungguh luar biasa," kata Theo Spek yang didampingi Vera D Damayanti Dept Arsitektur Lanskap IPB di Banjarmasin, Sabtu.
     Ketika berdiskusi dengan Wali Kota Ibnu Sina serta 10 orang tokoh masyarakat di menara pandang Banjarmasin, Theo Spek menilai yang luar biasa itu adalah kearifan lokal.
     Setelah berada dua hari di Kota Banjarmasin dan mendatangi kampung-kampung di kota setempat menurutnya sangat layak jual bagi wisatawan karena keunikan-keunikannya.
     Oleh karena itu, keunikan Kota Banjarmasin dengan ketradisionalannya itu harus dipertahankan untuk dunia wisata, jika memang terpaksa harus membangun kota dengan sistem modern setidaknya harus dipadukan dengan ketradisionbalannya itu.
     Bahkan kalau memang harus membangun kota akibat tuntutan zaman, maka perlu ada bagian sudut-sudut kota yang nantinya harus dipertahankan dengan kondisi seadanya seperti yang terlihat sekarang, tambahnya.
     Melihat kondisi kota yang unik dengan kearifan lokal tersebut menurutnya Pemkot setempat harus mempopulerkannya seluas-luasnya, kalau perlu harus dibuatkan web side yang bisa dikases kemana-mana di dunia.
     Dengan web side maka wisatawan yang ada di Eropa atau Amerika bisa melihat langsung kondisi unik tersebut melalui internet, sehingga mereka mudah apa yang dituju dan kemana menujunya.
     Dalam pertemuan yang dipandu Kepala Bappeda Kota Banjarmasin, komunitas peduli sungai, dan beberapa tokoh lainnya itu Ibnu Sina mengatakan, Kota Banjarmasin itu kekuatannya ada pada sungai. 
     Untuk itu, keberadaan sungai dan keunikan di kota ini perlu terus dipelihara dan dipertahankan. "Modern itu harus, tapi yang tradisional tetap harus dilestarikan," ucapnya.
     Melestarikan ketradisionalan dan keunikan itu, lanjutnya, sangat diperlukan dengan tujuan di antaranya untuk menjaga adat budaya dan kearifan lokal, dan juga untuk menarik minat wisatawan datang mengunjungi Kota Banjarmasin. 
      Kegiatan diskusi ini, terangnya, sangat bagus sebagai masukan bagaimana pandangan orang luar Banjarmasin terhadap Kota Banjarmnasin itu sendiri, sedangkan bagi jajaran Pemkot Banjarmasin untuk membangun perencanaan kota lebih baik lagi ke depannya.
      Dept Arsitektur Lanskap IPB, Vera Damayanti mengatakan, dalam penelitian yang dilakukan terhadap kota seribu sungai ini, diketahui dahulu ada sebuah benteng yang lokasinya bermuara Sungai Martapura.
Lokasi benteng tersebut, jelasnya, secara pasti ada, tapi sudah tergerus oleh waktu.
      Sedangkan fungsi dari benteng tersebut, katanya lagi, sebagai pos jaga dan pintu keluar masuk pemeriksaan kapal dan pemungutan uang tol.       "Keberadaan benteng han van Tol itu sekitar tahun 1817. hal tersebut diperkuat dengan ditemukannya koin peninggalan zaman Belanda. Selain sebagai pos jaga dan untuk memungut uang tol, benteng itu juga untuk menghindari penyelundupan," terang peneliti perubahan kota Banjarmasin dari waktu ke waktu ini.
      Sebelum kegiatan berakhir, Wali kota berkesempatan memberikan cendera mata kepada Prof Theo berupa kain sasirangan khas Kota Banjarmasin dan plakat.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017