Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan Disperindag Kalimantan Selatan Hasan Tolauhu menyatakan, dukungan data diharapkan mampu mendorong produksi Intan Martapura masuk ke perdagangan internasional.
"Selama ini perdagangan intan asal Martapura Kabupaten Banjar Kalsel sulit masuk jaringan perdagangan luar negeri karena pemerintah belum berhasil mengumpulkan data kuota pasti hasil batu mulia tersebut," katany di Banjarmasin, Minggu.
Hingga kini pihaknya kesulitan mendapatkan data kuantitas atau berapa banyak hasil intan produksi Kalsel beserta kualitasnya.
Padahal, kata dia, data tersebut menjadi salah satu syarat bisa masuk jaringan perdagangan intan luar negeri sebagaimana yang dilakukan negara-negara penghasil batu mulia seperti Afrika.
Menurut Hasan, selama ini pengusaha maupun penambang masih enggan memberikan data berapa hasil yang didapat dalam satu tahun.
"Berbeda dengan tambang batu bara yang lebih mudah dihitung dengan tonase, kalau intan barangnya sangat kecil namun nilainya cukup besar," katanya.
Selain itu, kata dia, banyak perajin intan Martapura lebih mengandalkan besarnya intan dibanding kualitas yang dihasilkan sehingga kendati Intan Martapura terkenal sebagai intan terbaik dunia namun dari desain masih jauh tertinggal sehingga harganya tidak semahal intan asal Afrika dan lainnya.
Menanggapi keluhan beberapa perajin intan lokal yang kekurangan bahan baku karena intan yang dihasilkan justru "lari" ke luar negeri, menurut Hasan, saat ini belum ada ketentuan yang mengatur perdagangan intan dalam negeri.
Seperti sektor lain, kata dia, perdagangan intan juga berlaku hukum pasar siapa yang bisa membeli dengan nilai lebih mahal maka dia yang akan dapat.
Rata-rata perajin intan Kalsel adalah perajin skala kecil dan menengah sehingga bila ada intan dengan harga di atas Rp10 miliar maka perajin kesulitan membelinya.
Karena keterbatasan tersebut, kata dia, akhirnya pihak asing yang bisa membeli sehingga bahan baku batu mulia yang bernilai tinggi tersebut terpaksa dilepas ke luar negeri.
Sedangkan pemerintah, kata dia, tidak mungkin ikut bermain dalam perdagangan tersebut misalnya membeli terlebih dahulu karena tidak ada anggaran yang dimanfaatkan untuk hal tersebut.
Namun demikian, kata dia, ke depan pihaknya memperjuangkan ada proteksi atau perlindungan terhadap hasil alam Kalsel terutama intan sehingga yang besar-besar tidak justru "lari" ke luar negeri.
Sebelumnya, Gemologist (Ahli batu mulia) Lembaga Pengembangan Sertifikasi Batu Mulia (LPSB) Kalsel M. Yulianor mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa pihak terkait Intan Martapura merupakan intan dengan kualitas terbaik.
Menurut dia, hal itu karena Intan Martapura merupakan intan jenis sekunder yaitu intan yang larut terbawa arus sungai dari tempat asal terbentuknya batu mulia tersebut.
"Karena hanyut terbawa arus sungai ribuan tahun lalu, Intan Martapura kekuatannya terseleksi oleh alam sehingga jauh lebih keras dan padat," kata alumni Geologi Perguruan Tinggi Amerika Serikat dan Thailand tersebut.
Berbeda dengan intan asal Afrika yang termasuk jenis primer yaitu intan yang berada pada tempat terbentuknya intan sehingga teksturnya lebih lunak dan mudah pecah.
"Intan Martapura merupakan intan terbaik dunia bahkan dibandingkan dengan intan asal Afrika sekalipun," katanya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010
"Selama ini perdagangan intan asal Martapura Kabupaten Banjar Kalsel sulit masuk jaringan perdagangan luar negeri karena pemerintah belum berhasil mengumpulkan data kuota pasti hasil batu mulia tersebut," katany di Banjarmasin, Minggu.
Hingga kini pihaknya kesulitan mendapatkan data kuantitas atau berapa banyak hasil intan produksi Kalsel beserta kualitasnya.
Padahal, kata dia, data tersebut menjadi salah satu syarat bisa masuk jaringan perdagangan intan luar negeri sebagaimana yang dilakukan negara-negara penghasil batu mulia seperti Afrika.
Menurut Hasan, selama ini pengusaha maupun penambang masih enggan memberikan data berapa hasil yang didapat dalam satu tahun.
"Berbeda dengan tambang batu bara yang lebih mudah dihitung dengan tonase, kalau intan barangnya sangat kecil namun nilainya cukup besar," katanya.
Selain itu, kata dia, banyak perajin intan Martapura lebih mengandalkan besarnya intan dibanding kualitas yang dihasilkan sehingga kendati Intan Martapura terkenal sebagai intan terbaik dunia namun dari desain masih jauh tertinggal sehingga harganya tidak semahal intan asal Afrika dan lainnya.
Menanggapi keluhan beberapa perajin intan lokal yang kekurangan bahan baku karena intan yang dihasilkan justru "lari" ke luar negeri, menurut Hasan, saat ini belum ada ketentuan yang mengatur perdagangan intan dalam negeri.
Seperti sektor lain, kata dia, perdagangan intan juga berlaku hukum pasar siapa yang bisa membeli dengan nilai lebih mahal maka dia yang akan dapat.
Rata-rata perajin intan Kalsel adalah perajin skala kecil dan menengah sehingga bila ada intan dengan harga di atas Rp10 miliar maka perajin kesulitan membelinya.
Karena keterbatasan tersebut, kata dia, akhirnya pihak asing yang bisa membeli sehingga bahan baku batu mulia yang bernilai tinggi tersebut terpaksa dilepas ke luar negeri.
Sedangkan pemerintah, kata dia, tidak mungkin ikut bermain dalam perdagangan tersebut misalnya membeli terlebih dahulu karena tidak ada anggaran yang dimanfaatkan untuk hal tersebut.
Namun demikian, kata dia, ke depan pihaknya memperjuangkan ada proteksi atau perlindungan terhadap hasil alam Kalsel terutama intan sehingga yang besar-besar tidak justru "lari" ke luar negeri.
Sebelumnya, Gemologist (Ahli batu mulia) Lembaga Pengembangan Sertifikasi Batu Mulia (LPSB) Kalsel M. Yulianor mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa pihak terkait Intan Martapura merupakan intan dengan kualitas terbaik.
Menurut dia, hal itu karena Intan Martapura merupakan intan jenis sekunder yaitu intan yang larut terbawa arus sungai dari tempat asal terbentuknya batu mulia tersebut.
"Karena hanyut terbawa arus sungai ribuan tahun lalu, Intan Martapura kekuatannya terseleksi oleh alam sehingga jauh lebih keras dan padat," kata alumni Geologi Perguruan Tinggi Amerika Serikat dan Thailand tersebut.
Berbeda dengan intan asal Afrika yang termasuk jenis primer yaitu intan yang berada pada tempat terbentuknya intan sehingga teksturnya lebih lunak dan mudah pecah.
"Intan Martapura merupakan intan terbaik dunia bahkan dibandingkan dengan intan asal Afrika sekalipun," katanya.*
Editor : Abdul Hakim Muhiddin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010