Kualitas intan Kota Martapura Kabupaten Banjar dinilai merupakan intan terbaik dunia baik dari kekuatan maupun kemilaunya.
       
Gemologist (Ahli batu mulia) Lembaga Pengembangan Sertifikasi Batu Mulia Kalimantan Selatan  M Yulianor di Banjarmasin, Jumat mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa pihak terkait, intan Martapura merupakan intan dengan kualitas terbaik.
         
Menurut dia, hal itu karena intan Martapura merupakan intan jenis sekunder yaitu intan yang telah larut terbawa arus sungai dari tempat terbentuknya batu mulia tersebut.
         
"Karena hanyut terbawa arus sungai ribuan tahun lalu, intan Martapura tersebut kekuatannya terseleksi oleh alam sehingga jauh lebih keras dan padat," kata alumni Geologi Perguruan Tinggi Amerika Serikat dan Thailand tersebut.
         
Berbeda dengan intan Afrika yang termasuk jenis primer yaitu intan yang berada pada tempat terbentuknya intan tersebut, sehingga teksturnya lebih lunak dan mudah pecah.
         
"Intan Martapura merupakan intan terbaik dunia, bahkan dibandingkan dengan intan Afrika sekalipun," katanya.
         
Sayangnya, kata dia, kualitas dan keunikan intan Martapura tersebut belum diolah dengan baik karena cara pandang dan ketrampilan perajin yang masih minim sehingga harga jualnya belum tinggi seperti intan dari luar negeri.
         
Menurut ahli geologi tersebut, yang menentukan harga atau nilai intan terdapat empat "C", yaitu "clearity", "carat" atau ukuran intan, "colour" atau warna dan "cutting" atau pemotongan intan sehingga membuat kemilau batu mulia tersebut lebih keluar.
         
Dari keempat hal tersebut, kata dia, kelemahan perajin Kalsel terletak pada "cutting" atau cara membentuk intan yang masih relatif tradisional.
         
Menurut Yulianor, perajin atau pengusaha intan Martapura memilih mempertahankan "carat" atau besarnya intan daripada kualitas kemilau batu yang nilainya hingga mencapai miliaran rupiah tersebut.
         
Pernyataan yang sama disampaikan Kepala Bidang perindustrian dan Perdagangan Pemprov Kalsel Hasan Tolauhu, bahwa pengusaha maupun perajin intan Kalsel masih terpaku pada besarnya intan.
         
"Pernah terjadi intan Martapura dijual ke salah satu negara dengan harga Rp3,5 miliar, namun setelah dipoles kembali oleh warga asing menjadi lebih kecil, intan tersebut terjual dengan harga Rp7,5 miliar," katanya.
         
Selain itu, kata dia, perajin Kalsel juga belum terlalu menguasai tehnik cutting sebagaimana perajin negara-negara maju sehingga harga jualnya menjadi lebih rendah, kendati kualitasnya bagus.
         
Perajin, kata dia, juga masih banyak yang enggan untuk melakukan sertifikasi terhadap intan yang siap jual, karena mereka berprinsip tanpa sertifikat intan sudah laku dijual.

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010